Setelah
pihak client menentukan lintasan yang dikehendaki, Department Topografi
akan mengeluarkan koordinat teoritik (X,Y), kemudian dilanjutkan dengan
pengecekan batas-batas wilayah survey, posisi-posisi lintasan dan akses
jalan menuju lintasan tersebut.
2. Jejaring GPS
Setelah
diketahui posisi lintasan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan jejaring
BM (Bench Mark) GPS (Global Positioning System). Pembuatan jejaring BM
GPS ini dimaksudkan untuk memperoleh tingkat keakuratan posisi yang
baik.
Jaring GPS |
|
3. Pengamatan GPS
Pengamatan GPS ini dilakukan setelah BM GPS dipasang
sesuai dengan jejaring GPS yang telah dibuat.Pengamatan GPS ini dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian posisi yang akurat untuk setiap
titik BM GPS
4. Pengolahan data GPS
Setelah proses pengamatan dan pengolahan data GPS, departemen topo akan memperoleh nilai koordinat posisi tiap-tiap BM GPS.
5. Membuka Lintasan
Pembukaan lintasan seismik dimulai dari titik BM GPS atau
titik polygon terdekat yang telah memiliki koordinat yang telah pasti (fix).
|
|
Pengukuran lintasan menggunakan Receiver point maupun
shoot point ditandai dengan menggunakan patok, adapun ketentuan warna dan
penomeran disesuaikan dengan kesepakatan. Umumnya ada perbedaan antara patok
receiver point dengan shoot point.Pada survey 2D shoot point genap juga diberi
tanda patok dengan tujuan memudahkan unit drilling apabila harus melakukan
kompensasi bila pada saat kondisi normal tak terpenuhi.
Sedangkan pada survey 3D dikenal SL (Shoot Line) dan RL
(Receiver Line), shoot point berada pada lintasannya sendiri sehingga tidak ada
pengecualian untuk dipasang tanda patok baik shoot point ganjil maupun
genap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar