Translate

Selasa, Agustus 03, 2010

Batuan Sedimen ( sedimentory rocks)

Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi. sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, waluapun volumnya hanya sekitar 5% dari volum kerak bumi.

a) Klasifikasi Batuan Sedimen
Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan sedimen dapat digolongkan atas 3 bagain :

a) Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. contohnya : gosong pasir, flood plain, delta, dan lain-lain.

b) Sedimen Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin. contohnya : tanah loss, sand dunes.

c) Sedimen Glassial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. contohnya morena, drimlin
Materi partikel ada yang kasar dua ada yang halus cara pengangkutan bermacam-macam, ada yang terdorong (trection), terbawa secara melompat-lompat (saltion, terbawa dalam duspensi, ada pula yang (solution).

Berdasarkan terbentuknya (lingkungan pengendapan ), batuan sedimen dibagi menjadi dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomit, napal, dan sebagainya.
b. Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya endapan sungai (aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan sebagainya.
c. Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat dan laut, misalnya endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).
Berdasarkan kedalamnya, laut dibagi menjadi beberapa zona (bathymetric zone), zona litoral, yaitu Zona Transisi yang terletak pada daerah pasang surut, Zona Epineritik, yaitu, dari batas daerah surut sampai kedalaman 50m, Zona Neritik (50-200m), Zona Bathial (200-2000m), dan Zona Abysal (>2000m).
Penggolongan batuan sedimen yang didasarkan pada cara pengendapannya, dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Sedimen Klastis
Kata clastik berasal dari bahas Yunani yaitu klatos yang artinya pecahan. Jadi, sedimen klastik adalah adalah akumulasi partikel-partikel yang berasal dari pecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati. Penamaan batuan ini um,umnya berdasarkan pada besar butirnya, yaitu sebagai berikut :
Ukuran butir >256 mm disebut boulder atau bongkah (bongkah konglomerat)
Ukuran butir 64-256 mm disebut cobble atau kerakal (karakal konglomerat)
ukuran butir 4-64 mm) disebut pebble atau kerikil (kerikil konglomera)
Ukuran butir 2-4 mm disebut granule (batu pasir kasar)
Ukuran butir 1/16-2 mm disebut batu pasir
Ukuran butir 1/256-1/16 mm disebut batu lanau
Ukuran butir <1/256 mm disebut batu lempung
Beberapa betuan endapan kadang-kadang terbentuk dari bahan-bahan fosil. Dengan demikian suatu batuan yang ada fosil binatang jelas bukan merupakan batuan beku, melainkan batuan endapan.

b. Sedimen Kimia
Batuan sedimen kimiawi yaitu yang terangkut dalam bentuk larutan kemudian diendapkan secara kimia di tempat lain. Endapan kimia juga berasal dari sumber air panas dan secara tiba-tiba mengalami pendinginan akan menghasilkan endapan oval (kalsit).
Contoh : Evaporasi dari air laut dan air danau, batuan sedimen kimiawi
Batu tetes (Stalaktit & stalakmit), yang banyak dijumpai dari gua bawah tanah di daerah kapur.
CO2+ H2O → H2CO3; H2CO3+ CaCO3… Ca (HCO3)2
Ca (HCO3)2→ CaCO3+ H2O + CO2
Lapisan garam, suatu lapisan yang terbentuk dari mineral-mineral halit /
NaCl yang di endapkan di dasar laut atau dasar danau-danau garam karena
penguapan.
HCL + NaOH → NaCL + H2O

c. Sedimen Organik
Batuan sedimen organik /orgasen, yaitu batuan sediemn yang dibentuk
atau diendapkan oleh organisme.
Ciri-ciri batuan sedimen :
Pada umumnya berlapis-lapis ,
Lebih lunak, ringan dan berwarna terang,
Tempat utama fosil.
Contoh: Batu bara terbentuk dari timbunan sisa-sisa tumbuhan di dasar danau (rawa-rawa, berubah menjadi menjadi gambut, selanjutnya menjadi batu bara muda/batu bara).

b) Pengangkutan dan pengendapan
Endapan diangkut melalui banyak cara. Mungkin meluncur pada suatu lereng bukit atau mungkin dibawa melalui angin, glacier atau oleh aliran air.Pada saat ini endapan dapat diangkut melalui peluncuran atau penggelindingan menuruni bukit, yang hasilnya berupa sebuah campuran partikel dengan berbagai
ukuran. Dalam proses pengangkutan partikel-partikel endapan melalui angin atau air, terjadi pengendapan ketika air mengalir atau pergerakan angin secara perlahan lahan menurun pada suatu kecepatan dimana partikel partikel tidak dapat bergerak lagi. Endapan kasar menunjukan endapan yang berasal dari angin atau air, endapan halus menunjukan bahwa endapan disebabkan oleh air dan angin yang bergerak secara perlahan ,atau hanya endapan halus yang tersedia untuk diangkut.

Terdapatnya lautan kuno, pesisir, danau, sungai kecil, rawa dan tempat-tempat lainnya dimana endapan tersebut terakumulasi,dapat pula dijadikanpetunjuk tentang terdapatnya batuan endapan.

c) Diagenesis
Diagenesis merupakan suatu istilah yang dipergunakan untuk menyatakan terjadinya suatu perubahan (transformasi) betuk dari bahan deposit menjadi suatu batuan endapan.Calsium Carbonate adalah salah satu dari beberapa jenis semen, tetapi silikat juga dapat mengikat butiran secara bersama menjadi bentuk sebuah
partikel yang keras.

d) Sifat Batuan Sedimen.
1. Stratifikasi
Stratifikasi sdimen adalah hasil dari sebuah penyusunan lapisan partikel yang berupa endapan atau batuan endapan. Pelapisan merupakan suatu hal yangsangat penting pada batuanseimen, batuan vulkanik dan metamorf.

2. Sortasi
Akibat yang menyolok dari pengangkutan partikel partikel oleh aliran air atau aliran angin adalah penyortiran terjadi akibat spesivic gravity (perbandingan anatara berat dari sebuah volume material terhadap berat dari volume satu kubik air).
Partikel batuan dan butir-butiran mineral yang mempunyai sifat mudah pecah mungkin dapat diabaikan. Sedangkan yang tahan benturan akan terus terbawa oleh aliran. Pada umumnya yang dapat bertahan adlah kuarsa, hal ini dikarenakan kuarsa mempunyai sifat yang keras dan sedikit pecahannya.
3. Lapisan Sejajar (paralel Starata)
Lapisan lapisan dari endapan dapat dibagi dalam 2 kelas didasarkan atas sifat sifat geometrik, yaitu : (1) Lapisan Sejajar dan (2) lapisan yang tidak sejajar/cross strata. Lapisan sejajar adalah lapisan yang sejajar antara satu dengan lainnya. Lapisan ini disebabkan oleh deposit air. Perubahan deposisi tersebut disebabkan adanya pasang surutnya air yang mengalir.
4. Bentuk Silang (Cross Strata)
Bentuk silang adalah bentuk yang membengkok (cenderung miring) dengan kecenderungan menuju lapisan yang lebih tebal. Bentuk silang pada umumnya terlihat pada delta delta sungai, bukit bukit pasir, pantai pantai dan endapan sungai. Bentukan tersebut dapat terjadi jika terdapat lubang lubang pada lapisannya, sehingga akan di isi oleh deposit baru yang akan membentuk lapisan silang.
e) Manfaat Batuan Sedimen.
•Untuk bahan dasar bangunan (gypsum)
•Untuk bahan bakar (batu bara)
•Untuk Pengeras jalan (batu gamping)
•Untuk Pondasi rumah (batu gamping)
•Dll.

Batuan Sedimen adalah batuan beku atau metamorf yang mengalami proses litifikasi yaitu proses kompaksi dan sementasi. Jenis-jenis Batuan Sedimen antara lain yaitu:

1. Breksi


Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi.
Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.


2.Konglomerat
Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256 milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat.
Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat
3.Sanstone

Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.

Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.


4.Graywakce


Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
 5. Limestone

Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
 6. Gamping terumbu
Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal

Senin, Agustus 02, 2010

GPS RTK

Apakah yang dimaksud dengan GPS RTK?

RTK memiliki kepanjangan Real Time Kinematik, artinya koordinat titik dapat kita peroleh secara Real time dalam Koordinat UTM ataupun Lintang dan Bujur tanpa melalui pemrosesan baseline. Metode RTK ini berbeda dengan metode Statik, Karena pada metode statik koordinat baru diperoleh setelah dilakukan pemrosesan baseline (Post Processing). GPS RTK memiliki ketelitian yang tinggi yaitu dalam fraksi centimeter (1-5 cm).

GPS RTK Terdiri atas apa saja?

Setiap pengukuran koordinat titik menggunakan GPS metode RTK, harus menggunakan minimal 2 buah alat GPS yang memiliki fungsi sebagai :
a. Base :


Pada alat GPS yang berfungsi sebagai base, maka alat GPS Tidak digerakkan posisinya ( diam).Base didirikan diatas titik yang sudah diketahui secara pasti nilai koordinatnya( misal: didirikan diatas titik Bakosurtanal Orde 0) dan koordinat titik bakosurtanal tersebut diinputkan dalam alat GPS base.

b. Rover :


Pada alat GPS yang berfungsi sebagai rover, Posisi GPS dapat digerakkan sesuai dengan detil yang diinginkan oleh surveyor (misal pada pengukuran persil tanah, maka rover didirikan pada pojok pojok bidang tanah)

Apa yang menghubungkan antara base dan Rover ?



Yang menghubungkan antara base dan rover adalah SInyal radio. Sinyal radio berfungsi untuk memancarkan nilai koreksi dari base ke rover. Saat ini, sinyal radio bisa dipancarkan menggunakan berbagai macam cara yaitu menggunakan Antena radio , GSM , ataupun sinyal internet. Jika menggunakan Antena radio, maka diusahakan sebelum pengukuran, frekwensi radio di base dan rover sudah disamakan terkebih dahulu.Antenna radio hanya mampu memancarkan sinyal sejauh 3 km saja ( Jika lebih jauh maka bisa digunakan alat repeater)

Bagaimana mengeset alat GPS RTK ?

Alat yang utama dalam GPS RTK adalah Receiver GPS, Pada alat ini terdapat beberapa slot yang menghubungkan kabel ke beberapa perlengkapan pendukung GPS. Selain itu pada alat ini juga terdapat Card yang mampu menyimpan data hasil perekaman satelit ( dalam format RINEX atau DAT).
Pada gambar dibawah ini disajikan receiver GPS merek Trimble beserta peralatan pendukung GPS :



Keterangan :
1.ANtena GPS : berfungsi menangkap sinyal satelit
2. Receiver GPS : Tempat perekaman data ke dalam card.
3. Controller GPS : untuk melakukan setting Job, configurasi, dan pengukuran GPS
4. Modem Radio : menghubungkan antara antenna radio dan receiver GPS
5. Baterai Eksternal : SUmber tenaga untuk receiver GPS
6. Aki : SUmber tenaga untuk modem radio

Apa saja Kegunaan GPS RTK ?

Aplikasi yang dilayani oleh GPS RTK cukup beragam diantaranya adalah Stake Out, Penentuan dan rekonstruksi batas persil tanah, Survei pertambangan, Survei rekayasa, dan aplikasi lainnya yang membutuhkan posisi titik koordinat secara cepat dan dalam ketelitian centimeter.

Perkembangan GPS RTK saat ini?

Karena untuk melakukan pengukuran GPS RTK, harus digunakan minimal 2 alat GPS(base dan Rover) dimana satu alat GPS saja memiliki harga yang terbilang mahal ( 150 juta – 300 juta). Maka saat ini dikembangkanlah GPS CORS yaitu suatu GPS yang memiliki fungsi sebagai base yang dapat menangkap sinyal satelit secara kontinu dalam 24 jam.

Untuk tingkat Universitas, GPS CORS SUdah dimiliki oleh Teknik geodesi UGM, ITS, dan ITB.1 buah alat GPS CORS dapat memancarkan sinyal radio sejauh 20 km.Rencana nya BPN akan membeli alat CORS ini sebanyak 30 buah untuk mencover wilayah di Sumatra dan Jawa. Data CORS ini kemudian dapat diakses secara umum, sehingga setiap perusahaan dapat mendownload data GPS CORS dari BPN sebagai Base, dan setiap instansi cukup membeli 1 GPS saja yang difungsikan sebagai rover tanpa harus membeli 1 GPS lagi sebagai base.

Demikian penjelasan dari saya mengenai GPS RTK, semoga membantu rekan2 untuk lebih mendalami ilmu geodesi terutama di bidang GPS RTK.


Modul-modul RTK:

Minggu, Agustus 01, 2010

HSE MANAGEMENT SYSTEM HEALTH SAFETY AND ENVIROMENT MANUAL SYSTEM

An HSE Management System is a reflection of the objectives of an enterprise and the manner in which these objectives are to be met as laid down by its senior management Achievement of the hazard management objectives will be realized through the setting up of an organization in which responsibility is assigned and to which resources are provided. The standards and procedures through which the objectives will be met are defined by those with the necessary expertise. The implementation of standards is monitored through periodic audits. Such audits are reviewed by management who may initiate system changes to facilitate improvement. The system is additionally made live through loops which feedback improvements and corrections at all stage.
1. HSE POLICY
HSE Policy is representing the unity from POLICY OF QUALITY AND HSE ( Quality and HSE Policy ) from the company like the one that has been seen in attachment A : QHSE Policy.
Objectively, in doing some work activities, the targets that we want are zero accident, zero injury, and zero of troubles to the environment. Those three matters are representing company’s commitment in doing every project. To gaining those matters aren’t easy, it need some system and some good cooperation between the workers and the management.
Policy guidelines on health, safety and the environment
It is the policy of Company to conduct their activities in such a way as to take foremost account of the health and safety of their employees and of other persons, and to give proper regard to the conservation of the environment. They aim to be among the leaders in their respective in these matter
Health
Company seek to conduct their activities in such aways as to avaoid harm to the health af to their employees and others, and to promote, as appropriate, the health of their employees.
Safety
Company work on the principle that all injuries should be prevented and actively promote among all those associated with their activities the high standards of safety consciousness and discipline that this principle demands.
Environment.
Company will :
Aim to provide product and services supported with practical advice which, when used in accordance with this advise, will not cause injury or effect on the environment.
Promote protection of environments which may be affected by the development of their activities
and seek continues improvement in efficiency of use of natural resources and energy.
1.2 Common HSE aspects
Company will :
Assess health, safety environmental aspect before entering into new activities and reassess them incase of significant change in circumstances
Require contractors working on their behalf to apply health, safety and environmental standards fully compatible.
Develop and contingency procedure, in co-operation with authorities and emergencies services, in order to minimize harm from any accidents.
Development of improved regulations and industry standards which relate to health, safety and environmental matters.
Conduct or support research towards the improvement of health, safety and environmental aspects of their products, processes and operation
Hereinafter, to reach that objective goal, it formulated on the “Peraturan Dasar Keselamatan Kerja“ like the one that can be seen in attachment B :
2. COMMITMENT AND RESPONSIBILITY
The company must determining, documenting and announcing the responsibility, the authority and also the relating accountability which needed to implement the HSE Management System. The foundation of an HSE-MS is leadership and commitment from the top management of the company, and its readiness to provide adequate resources for HSE matters. Special attention is given by the Top of The Management in showing their real commitment, for example with:
Allocating the necessary resources, such as time and money, on HSE matters.
Putting HSE matters as the highest on the agenda of meeting from the board downwards
Setting personnel example in a day-to-day work
Being active in HSE activities and reviews, at both local and remote site .
Encourage the employees to give some ideas for performances steps repair.
Showing the special personnel as the Safety Officer whose undertaking as:
The special coordinator in implementing the HSE Management System and environmental conservancy which applied to all office staff as well as site workers. Applying for the field workers were started from the line supervisor and the field staff
Has responsible to control the implementation on the field in every day / week or every month, and also gives some guidance to all field employees from the supervisor until the helper. /.
Company Organization Structure can be seen in the attachment C
3. HSE IMPLEMENTATION
HSE Implementation is communicated to the workers by promoting the work culture in the company which supporting to the better HSE Management System performance attainment, where the HSE Management System can function effectively. In increasing the HSE Management System by pushing the cultural creation trusts on each other, by giving some motivation, by participating and commit:
In increasing the Company HSE Management System by growing the belief with trust attitude on each other, do not behave to blame is very effective for implement the HSE Management System..
Give some motivation to increase the HSE Management System Performances in individual ways based on the awareness and congeniality, and give some positive congeniality to emphasize the expected behavior and attitude.
The workers participation in every level by looking their opinion along with their involvement in developing the HSE Management System, and to provoke the input for the repair proposal.
The commitment from the workers in all levels is very important, so that the HSE Management System can be effectively functioned, start from growing the belief, giving some motivation and also participate actively.
4. HSE PROCEDURE
The Company has already make the documentation of Standard Operation Procedure ( SOP ) and Work Instruction for every aspect of operation activity.
5. HAZARD AND RISK MANAGEMENT
Management process of hazard and risk consist of 4 ( four ) steps:
o Systematic hazard identification.
o Evaluation for level of hazard
o Applying of Financial Control.
o The planning for Restoration.
This process is using a line of questions from every activity that has been done.
The data from every activity line can assert that those data has already loaded all of the activities which happened / has already done in some work. The risk and the danger management is poured in detail in Hazard Identification Risk And Risk Control (HIRARC).
6. HSE PLAN
For the planning phase of an operation can be effective, it should concern itself with the prevention of incidents through the elimination or control of hazards and the mitigation of consequences should the hazardous even occur. It follows that a process needs to be followed to systematically identify and assess hazards and develop the controls to manage those, which can not be eliminated.
This can be achieved by:
Using the developing company policies, standard and procedures
o Making a scouting visit to assess the situation on the field.
o Study of legislation and supporting approved codes of practice.
o A through analysis of the particular operation.
o A study of accident, incident and ill health data from previous operations.
6.1. Operation plan
Experience has shown that HSE performance can be optimized through a structured planning process, which includes :
o Comprehensive operational pre-planning incorporating HSE measures to manage identified hazards.
o Verification of equipment safety standard before operation start-up.
o Verifying that an effective HSE Management System is in place before start –up.
o An HSE management training programme aimed at senior line management and direct supervisor. This training would include such topics as Job Hazard Analysis, Unsafe Act Auditing, Safety Training Observation Programme, Waste management and an understanding of factors, which affect behavior.
o Regular Audit and inspection from management according to planned schedule and focusing on HSE Management.
6.2. HSE plan
Effective planning is essential for all aspects of the business, with plans based upon known and researched information, and reasoned assumptions. A plan for sustained improvement is contained in the HSE plan..
The HSE Management System will set out the targets and the ways to gain it, to identify the parties which act along with specify the sighting process..
The HSE Plan is developed from such things as :
o Requirements carried over from the previous year’s plan.
o Audit and inspection findings.
o Incident findings.
o Accident investigation findings.
o HSE Suggestions from the employee .
o Management review action items
6.3. HSE Targets
It is essential to set HSE targets that are accepted by management and employees as achievable. Typically, a progressively reducing target is set., which in the long term will lead to accident free performance. Realistic targets can only be set after assessing the scope of work for the period under review and allocating tasks to manage such work. The only way to reach a HSE target is to manage effectively risks, which threaten its achievement. Effective management demands that hazards and their controls shall, so far as possible, be addressed in the planning process.
Staff reports shall include HSE-related targets or tasks against which performance can be measured. These should be cascaded down from departments should nor be demanded without giving individuals the tools to do the job, such as training and proper equipment.
7. PROTECTIVE PERSONAL EQUIPMENT (PPE)
Com pany will ensure that all any PPE that is provided and or used will be:
o Appropriate
o Of good quality
o In sufficient quantity
The requirement for any additional protective equipment is continually assessed by the employees and line supervisor. All PPE complies with recognized national or international standard and the company keeps a record of current standards. Current standards used for PPE are as follows:
o Coveralls
o Hand Gloves
o Safety Helmet
o Safety Goggles
o Ear Plugs
o Safety boots - Shoes.
o Rain Coat
o Masker
o Life Jacket
o First Aid box
8. SAFETY MEETING
The scope of this safety meeting includes:
8.1. HSE Committee
The Party Chief and the Section heads will hold an HSE committee meeting every other week to review crew HSE performance and plan further strategies in HSE matters.
8.2. Section HSE Meetings
Section HSE meetings will be convened once per month. Generally section supervisors chair these meetings although rotating the chair amongst senior staff members involved will increase safety involvement. The Section HSE meetings are to discuss relevant section HSE matters and to pass on comments and information from the Section Heads meetings.
If there are large numbers in any section it may be necessary to break down these meetings into smaller groups.
8.3. Toolbox HSE Meetings / Toolbox Meeting HSE
Every work unit will hold toolbox meetings on a daily basis. Further toolbox meetings will be held before the commencement of any unusual operations or whenever specific problems arise. Meetings will also be held after any incident or accident to disseminate information.
8.4. Safety Induction / Induksi K3LL
Knowing the scope of work and getting the picture about the things that will be done in the location; the worker will be given the safety induction. This matter has been done in each project which owned by the company. Safety Induction includes:
o Scope of work
o Preparation of crews
o Equipment preparation
o Method of work
o Execution of work
8.5. Safety Breifing
Before the workers leave and work in the location, the briefing must be done at first. This briefing aims to know about the workers preparation for working in the location. The briefings material includes some things that can be made as guidance by the workers in doing their tasks. The materials that be given in the form of :
o Standard Operating Procedure
o Communication
o Personal Protection Equipment
o Environment
o Near Miss
o House Keeping
o Hazard Potential
o Etc
8.6. Notice Boards
Notice boards will be used to pass on information at crew level
9. SAFETY TRAINING
In order to the worker ability can expand, to entire/all worker, company perform some training program. From this program is worker domination to work area of each will always increase
9.1. Method of training
Awareness training will be provided by the processes of induction as described in detail in the crew procedures and outlined in the matrix below.
The provision of this information at the location that it is applicable with the equipment applicable to hand will enhance the effectiveness and improve retention. The participation in activities such as (simple) JSA’s to review procedures during the initial work commencement of each unit will provide valuable insight to the process and encourage recognition of involvement on the part of all.
Company HSE Supervisor will provide the two modules identified as being pertinent to all personnel in formal instruction. This will be conducted at the main camp after initial induction and before the labour depart for the field for the first time. Certificates of training will be issued and recorded.
9.2. Crew Training Matrix
Maintenance of the crew training matrix and records will be the responsibility of Party Chief and his line management. They will be assisted by the HSE personnel.
The module of training can be seen in the attachment F.
10. JOB SAFETY ANALYSIS
Several things which is discussed in a execution analyze danger and risk of HSE cover :
o Step of work.
o Appliance used a equipments goodness, other supply and machine.
o Indentify danger of arising out by people action, environmental work, appliance, material and object.
o Risk factor from each arising out danger
o Personal Protection Equipment and precaution which can be conducted to lessen generated risk.
o Someone who is responsible in every work step
At execution of work in location of project of JSA will be done by adjustment result of analysis of the risk and danger with condition in working location.
11. SAFETY AUDIT AND INSPECTION
HSE auditing will be conducted by Daqing Citra of operations. Such audits will follow a process of review by management and follow-up, all of which will be documented..
HSE audits will be conducted at various levels within the company. Each level will depelop and document a scheme of audit types that may include Practical and Operational considerations.
The HSE and operational performance of the crew will be monitored on a daily basis by the Party Chief, Assistant Party Chief and Safety Officer through a combination of statistical observations and measurement of progress against target. The Senior Management and HSE personnel from COMPANY head office shall also monitor the HSE performance on a regular basis.
The entire machine and the works equipments that used in the location must do the safety inspection at first. This matter aims in order to make the machine and the works equipments are ready to use. The Safety Inspection is done by the Safety Officer cooperate with the Chief Mechanic. The inspection result poured completely in the checklist inspection.
From the Safety Audit, it will be seen wheater the safety planning that been made by the company has already worked well properly or not. The last result that has been reached is the reparation if there are insuffiency from finding of the audit
11.1. Pro-active Performance
o •Exposure Hours
o •Day without LTI
o •Km Driven
o •Km Seismic line
o •Positive contributions by crew
11.2. Realization against target
o Training
o Inspection
o Meeting
o Drills/exercises
11.3. Reactive Performance
o Lost Time Injury (LTI)
o Fatality (FAT)
o Permanent Total Disability (PTD)
o Permanent Partial Disability (PPD)
o Restricted Work Case (RWC)
o Medical Treatment Case (MTC)
o First Aid Case (FAC)
o STOP Cards
o Near Miss
12. SAFETY REPORT
The Safety Report will be done in the form of daily notes, weekly notes and monthly notes. The Report format that been given consist of :
•The Work Activities
•The Working Hours, Safety Briefing, Near Miss, Number of Accident, Lost Work Days, etc.
•Key Performances Indicators
•The Safety Report will be collected so when it audited, it can be accountable.
13. INCIDENT AND INVESTIGATION REPORT
The objectives of an incident and investigation report system are:
•To investigate all hazardous and potentially incidents at a level, depth and speed appropriate to their seriousness.
•After determining root causes, to take appropriate action to prevent the recurrence of incident or similar incidents.
•To communicate the findings of incident investigations, the conclusions reached and recommendation made to all appropriate personnel.
•To identify trends in a timely fashion and target areas of particular concern.
The form of incident and investigation report can be seen in the attachment D and E.
14. EMERGENCY RESPONSE AND EVACUATION
Management will instigate, maintain and periodecally test a arrangement to suport any emergency plans or arrangements set up by or for their work units. Such arrangement must by recorded with a simple and swift access provided to necessary data such as names and phone numbers and the procedure for activating and managing the arrangement.
This program is made by Daqing Citra with the means that if one day there was an emergency condition, such as fire, the workers can be accustomed. The evacuation Program will be explained and will be done in the training. The schema groove communications evacuate and the Careful Emergency Team can be seen in attachment F and G
15. OCCUPATIONAL HEALTH AND ENVIRONMENT
The environmental settlement and hygiene work will be done by every Daqing Citra employee. The behavior of every employee must be oriented to the health and to the work safety. The Safety Officer will responsible for this activity implementation. The settlement of the appliances work and flammable substances / dangerous must be done by every employee. Inspection and audit must be done by The Safety Officer so that the repairing action can be done.
The environmental settlement and hygiene work is becoming our responsibilities.
Having the place for throwing the garbage as well as an organic or non organic, dry garbage as well as wet garbage must be the first priority.
If there is some environmental damage that caused by the company’s activities, it must had been responsible according to the procedure.

DRILLING OPERATION

1 PURPOSE
The purpose of this procedure is to provide a mechanism to perform the shothole drilling to ensure its continuing suitability and controlled.
2 SCOPE
The scope of this process covers all aspects with shothole drilling operation, including field orientation, prepare water source, drilling and prepare preloading.
3 INTERFACE DOCUMENTS
Interface documents are defined as MS documents that have direct links; either by reference, input or output. Interface documents with this Management Procedure are:
3.1 Level 1 – Management Manual Interfaces
• Management Manual
• QHSE Policy
3.2 Level 2 – Standard Operation Procedures
• Preloading Operation
• Shothole drilling & preloading field work
3.3 Level 3 – Work Instruction or Form interfaces
• Shothole drilling daily report
• Shothole drilling log
• Document retention and archive periods
4 PROCEDURE
Driller studies the survey map, line program, and sketch line the area.
Perhatikan peta program survei seismic, program lintasan yang harus dikerjakan dan sketsa lintasan.
Driller, Shoter and Crew coordinator conduct field orientation to ensure position of hole program, access, source of water, and potential problem operation.
Sebelum melakukan pemboran driller, koordinator bor dan shooter preloading melakukan orientasi lapangan untuk memastikan posisi-posisi lubang bor, akses jalan, sumber air pemboran dan kendala yang mungkin akan timbul.
On the no water sources area, driller prepare temporary water tank and make a planning use water tank and water relay. Driller shall get permit from owner if use water well.
Pada daerah yang tidak ada sumber air sama sekali segera dibuat perencanaan tampungan air dengan terpal, rencana penggunaan tangki air dan water relay. Mintalah ijin dahulu kepada pemiliknya bila diperlukan mengambil air dari sumur atau bendungan milik penduduk.
Driller ensure that quantity and quality of all equipment complete for one unit, including fuel and addatives will used.
Sebelum memulai pekerjaan di lintasan harus melakukan pengecekan Jumlah dan kondisi peralatan bor secara komplit untuk satu unit, stok bahan bakar dan minyak pelumas serta stok additive yang digunakan (bentonite dan polimer)
Driller ensure that number of crew is complete. None of crew have number exactly including their own support like water relay and preloading. All worker must use work and personal safety equipment.
Pastikan jumlah kru yang bekerja sesuai dengan ketentuan. Setiap 1 unit drilling terdiri dari sejumlah kru yang telah ditentukan, termasuk kru water relay dan kru preloading. Setiap pekerja harus dilengkapi perlengkapan kerja dan keselamatan.
Hardhats and work boots must be worn when working at all times.
Helem dan sepatu kerja harus selalu dipakai saat bekerja.
Driller ensures that SP will drilled is correct as program. All drilling station markers (shotpoints) are painted red
Pastikan posisi SP yang akan dikerjakan. Semua titik lubang bor bercat merah.
Any parts of lines that is missing more than 3 shot point markers in line must be resurveyed you must call Base camp and advise them to send the survey crew.
Setiap lintasan yang tanda patok SP nya hilang lebih dari 3 harus di survei ulang. Panggil Base Camp dan beritahukan agar dikirimkan kru survei.
Driller performs distance from SP position to nearest civil construction, comply with safety distance and considered surface condition and subsurface outcrop. If not safety, Driller will make offset or compensation hole.
Cek SP yang akan dikerjakan terhadap kondisi bangunan sekitar. Lihat tabel jarak aman. Perhatikan keadaan permukaan dan singkapan batuan sekitar. Bila tidak aman lakukan offset atau kompensasi.
All compensated or offset shot holes must be surveyed call base camp if required and the survey crew will be sent to your location.
Setiap lubang bor yang dikompensasi atau diofset harus disurvey lagi. Panggil base camp jika diperlukan dan kru survei akan dikirimkan ke lokasi anda.
Shot point markers must not be moved offset the drill location away from the marker do not move the marker.
Patok tanda SP tidak boleh dipindahkan walaupun lokasi bor dioffset dari patok SP, patok tersebut jangan dipindahkan.
The shotholes must be drilled within a 2 meter radius of the station marker (shotpoint).
Lubang tembak harus dibor dengan radius 2 meter dari titik tembak.
Try to walk along the seismic whenever possible. Don’t destroy the levy banks around the rice fields. Walk along the seismic line.
Usahakan hanya lewat lintasan seismic sebisa mungkin. Jangan merusak tanggul disekitar sawah. Berjalan disepanjang lintasan seismic saja.
All holes will be drilled using the two hole system. One big slush pit hole and one small hole for the cuttings.
Semua akan dibor memakai sistim dua lubang. Satu lubang besar untuk slush pit dan satu lubang untuk kating.
Drilling technic must comply with soil/rock formation. Drilling perform with correct technic, including using drill bit, addative (polymer,mud, etc.), or washing. Change the drill bit or any equipment if not comply it.
Lakukan teknis pemboran seusai kondisi batuan. Selama pemboran berlangsung harus dilakukan teknik pemboran yang benar, baik penggunaan jenis mata bor, bahan kimia (polimer ) dan teknik pembersihan lubang bor. Ganti peralatan bila tidak sesuai.
See drill cutting carefully. Drill log reported every 5 (five) m depth.
Perhatikan cutting bor. Catat kondisi bawah kedalaman setiap 5 (lima) m kedalaman.
All shot holes must be drilled as per contract depth meters.
Semua lubang bor harus dibor seperti tercantum dalam kontrak. .
Any adjacent shot hole with a stuck charge one of the shot holes must be re-drilled. Offset 7 meters from the first hole and drill the second hole mark the holes as hole A and hole B
Setiap lubang bor yang mengalami stak secara otomatis harus di bor ulang. Offset 7 m dari lubang pertama dan bor lubang kedua dan beri tanda sebagai lubang A dan lubang B. Setiap lubang bor yang mengalami stak harus di bor ulang.
All shot holes that can not be drilled to the contract depth you must have approval from the QC Supervisor before any such hole is loaded
Setiap lubang bor yang tidak dapat dibor sesuai kedalaman pada kontrak harus mendapatkan persetujuan dari senior JOB-PPEJ QC Supervisor sebelum dilakukan pengisian.
Withdraw pipe must be conducted with correct technic and comply with rock formation.
Pencabutan pipa bor harus dilakukan dengan teknik yang benar sesuai dengan kondisi batuan dalam lubang.
Any oil or gas shows must be reported immediately by radio. Move your men well away from the hole, move up wind. Do not go back to the hole until the drilling supervisor arrived from base camp with the HSE people.
Jika ada tanda – tanda minyak atau gas segera laporkan lewat radio. Pindahkan semua orang ke tempat yang aman, berlawanan arah angin. Jangan kembali ke lubang tersebut sampai supervisor drilling dan orang HSE tiba dari base camp.
Driller ensure that preloading crew is ready before withdrwing pipe.
Pastikan regu preloading sudah siap ditempat sebelum pencabutan pipa.
All slush pits must be back filled after the drilling is completed at the shot point.
Semua lubang slas pit harus ditutup kembali setelah selesai dibor.
When the drilling crew have completed the shothole, they must all move away from the shothole taking with them all hot equipment, which includes power rig, mud pump and fuel containers, other equipment can remain, however it must be moved away from the hole giving the preloading crew clear access.
Pada saat drilling selesai mengebor lubang, mereka harus menjauh dari posisi lubang tersebut dengan membawa semua peralatan mereka yang panas, termasuk power rig, mud pump dan tangki-tangki minyak, alat – alat yang lain bisa tinggal, namun harus tetap jauh dari lubang sehingga tidak menghalangi kru preloaing.

QC MANAGING

QC MANAGING
Background
• Good quality and care to human welfare, social, and environment was be values of modern society (to be global issues).
• Oil exploration is global business.
• Oil company (Exploration) must to comply with a request global issues.
Goal Setting
• Keeping survey appropriate with planning [Effectiveness
• Early Detecting of deviation Efficient
General
• ‘Modern Management’ born as pursuit knowledge society.
• Knowledge Society/Modern Society :
• The society that good or services loaded knowledge (to be smart something),QUALITY
• The Society that any business is the part of effort for develop a meaningful life, CARE
Applied in Seismic Survey :
• Quality : Good Quality Data.
• Care : Care of human welfare and everlasting of environment (nature & social) was needed in order to seismic survey is part of increasing civilization.
Method
• Pre Action Control
• Steering Control
• Screening Control
• Post Action Control

PENANGANAN HANDAK



1. General / Umum
Only qualified, properly trained and authorized persons who are at least 21 years old shall transport and / or store explosives. Handling and use of explosives shall be under the supervision of a qualified and properly trained person who is recognized and certified by the government governing the use of explosives. Copies of these certifications must be on file in the is Party Chief’s office and available for inspection at any time.
Hanya orang-orang yang ahli, terlatih dengan baik berwenang dan berusia sekurang-kurangnya 21 tahun yang akan mengangkut dan menyimpan bahan peledak. Penanganan dan penggunaan bahan peledak harus berada di bawah pengawasan orang yang ahli dan terlatih dengan benar yang diakui dan disahkan oleh pemerintah yang mengatur penggunaan bahan peledak. Salinan-salinan sedifikasi ini harus berada di arsip kantor Party Chief dan dapat diinspeksi kapan saja.

Every reasonable precaution must be taken to ensure employee and public safety during the transportation, handling, storage and use of explosives. The Party Chief is responsible for an accountability system for the receipt, daily use of, and disposition of all unused explosive materials. The following occurrences must be reported immediately to the local Police authority and the Ditjen MIGAS :
Setiap upaya pencegahan yang sesuai harus diambil untuk menjamin keselamatan karyawan dan masyarakat umum selama pengangkutan, penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan peledak. Party Chief bertanggung-jawab atas sistem penerimaan, penggunaan harian dan pemusnahan semua bahan peledak yang tidak terpakai. Kejadian-kejadian berikut harus segera dilaporkan kepada kantor Polisi setempat dan Ditjen MIGAS :

any deficit in the stock of explosive materials
kurangnya stok bahan peledak

any theft or missing explosive materials
pencurian atau hilangnya bahan peledak

any deficiency in the condition or packing of explosive materials
keadaan atau pengemasan bahan peledakyang kurang memenuhi syarat

any irregularities in shooting (for example misfires, premature detonation, theft from preloaded holes)
ketidakberesan dalam penembakan (misalnya gagal tembak, hanya detonator yang meledak, pencurian dari lubang yang telah dimuati bahan peledak sebelumnya)

The coordination of all activities in connection with the use of the explosives shall be under the direction of one designated individual by Party Chief.
Koordinasi semua kegiatan sehubungan dengan penggunaan bahan peledak harus dipimpin oleh seorang yang telah ditunjuk oleh Party chief.

2. Storage of Explosives / Penyimpanan Bahan Peledak

Proper storage of explosives and accessories is important, not only to make sure that these materials are kept out of the hands of unauthorized persons and to reduce the hazards of accidental explosion, but also to maintain them in good condition.
Penyimpanan bahan peledak dan kelengkapannya yang sesuai sangat penting, tidak hanya untuk memastikan bahwa material ini diamankan dari orang yang tidak berkepentingan dan mengurangi bahaya ledakan tak disengaja, tetapi juga untuk menjaga agar bahan peledak tersebut tetap dalam keadaan baik.

Explosives and accessories are perishable goods, which are liable to deteriorate after prolonged storage, especially if subjected to high temperature and high humidity. The methods of packing used by the manufacturers are designed to give maximum protection against moisture and, provided the cases remain unopened, the explosives should keep in good condition for long periods.
Bahan peledak dan kelengkapannya bukanlah barang yang tahan lama yang mungkin akan rusak setelah lama disimpan, khususnya bila terkena temperatur dan kelembaban yang tinggi. Metode pengemasan yang dipakai oleh pabrik dimaksudkan untuk memberikan perlindungan maksimum terhadap kelembaban, dan dengan syarat kemasannya tetap belum dibuka, bahan peledak harus dijaga agar tetap dalam keadaan baik untuk waktu yang lama.

Stocks shall always be used in the sequence of the date of manufacture, which is marked on the ends of the cases. This avoids any accumulation of old stocks and helps to make sure that the materials are in good condition. Once a case is opened the contents shall be used with as little delay as possible. If the explosive is not all used on the same day the original packing shall be folder over and the case closed to give the maximum possible protection to the contents.
Stok harus selalu dipakai menurut urutan tanggal pembuatannya, yang dicantumkan pada bagian ujung kemasannya. Hal ini akan mencegah menumpuknya stok lama dan membantu memastikan bahwa bahan peledak tersebut dalam keadaan baik. Begitu kemasan dibuka isinya harus dipakai dengan penundaan yang sesingkat mungkin. Apabila bahan peledak tersebut tidak dipakai seluruhnya pada hari yang sama kemasan aslinya harus dibenahi dan kemasannya ditutup untuk memberikan perlindungan yang semaksimal mungkin bagi isinya.

Consult Recommended Practice for Explosive Handling as guidance in any explosive store or magazine.
Rujuklah Pedoman Penanganan Bahan Peledak sebagai pedoman untuk membangun tempat penyimpanan atau gudang bahan Peledak.
3. Transport of Explosives / Pengangkutan Bahan Peledak

Each explosive shipment must be transported in a well maintained vehicle and it shall have a non-sparking floor. All parts in contact with the explosive load shall be constructed of (or covered with) a non-sparking material. A closed van body is preferred.
Setiap pengiriman bahan peledak hares diangkut dalam kendaraan yang terawat haik dan harus memiliki lantai yang tidak dapat menimbulkan percikan api. Semua bagian yang bersentuhan dengan muatan bahan peledak harus terkonstruksi (atau ditutupi dengan) dari bahan yang tidak dapat menimbulkan percikan api. Badan container pengangkut yang tertutup lebih disukai.

If an open body is used the explosives must not be loaded above the sides of the body. Ideally, the load shall be covered with a fire and water resistant tarpaulin. Each vehicle shall have a ”Danger - Explosives” sign.
Bila yang digunakan container terbuka, make bahan peledak tidak boleh di muat melebihi tinggi bak kendaraan. Idealnya, muatan harus ditutup dengan terpal yang tahan api dan air. Setiap kendaraan sebaiknya memiliki tanda “Bahaya - Bahan Peledak”.

Each vehicle used for transporting explosives must be equipped with at least two fire fighting extinguishers. Apart from any vehicle being mechanically sound, the chassis, motor and underside of the body shall be kept free of dirt and excessive oil and grease, to help minimize the chance of fire. Each vehicle shall carry a minimum of two people, thus ensuring the vehicle is never left alone.
Setiap kendaraan yang digunakan untuk mengangkut bahan peledak harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya dua alat pemadam api. Selain mesin kendaraan harus dalam keadaan baik, karoseri, motor dan bagian bawah kendaraan harus bebas dari kotoran dan kelebihan gemuk dan minyak pelumas untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadinya api. Setiap kendaraan harus mengangkut sekurang-kurangnya dua orang, dengan demikian menjamin bahwa kendaraan tidak akan ditinggalkan tanpa dijaga.

Explosives and detonators shall be transported in separate vehicles, the detonators must be stored in separate wood lined compartments.
Bahan peledak dan detonator harus diangkut dengan kendaraan terpisah, detonator harus disimpan dalam kompartemen berlapis kayu yang terpisah.

When transporting explosives on public roads, great attention shall be given to choosing the route away from public places and populated areas. To minimize the need for refueling en-route from the magazine to the working place, a vehicle shall be fueled before the start of the trip. During any refueling, the engine must be stopped and the ignition turned off.
Pada waklu mengangkut bahan peledak di jalan umum, harus diberikan perhatian yang besar dalam memilih rute yang jauh dari tempat-tempat umum dan daerah pemukiman. Untuk mengurangi kebutuhan akan pengisian bahan bakar dalam perjalanan dari gudang bahan peledak ke tempat kerja, kendaraan harus diisi bahan bakar sebelum memulai perjalanannya. Selama pengisian bahan baker, mesin harus dimatikan.

All vehicles used for the conveyance of explosives shall satisfy the following conditions :
Semua kendaraan yang digunakan untuk mengangkut bahan peledak harus momenuhi syarat berikut :

Be conspicuously marked with a red flag
Diberi tanda yang jelas dengan bendera merah

Be driven only by the shooter or by a person specifically nominated by him for this duty, who shall be accompanied by one other person
Dikendarai hanya oleh juru tembak atau orang yang secara khusus dicalonkan olehnya untuk tugas ini, yang harus dikawal oleh orang lain

Be used only for the conveyance of explosives during the period when such materials are being carried on site
Digunakan hanya untuk pengangkutan bahan peledak selama periode pada saat material tersebut diangkut di tempat

Smoking in such vehicles shall be specifically prohibited and when stationary no smoking shall be allowed near the vehicle
Merokok dalam kendaraan tersebut dilarang dan pada waktu kendaraan diam tidak dibolehkan merokok dekat kendaraan tersebut

Be of such construction such as an exhaust pipe is directed upward so that there is a physical barrier (fire screen) present at all times, between the driver and the explosives
Memiliki konstruksi sedemikian rupa antara lain pipa knalpot disalurkan ke atas sehingga selalu ada rintangan fisik (tirai api), antara pengemudi dan bahan peledak

In the case of vehicles used for conveying large quantities of explosives, the cab shall be separated from the body of the vehicle. The vehicle shall be diesel powered with its exhaust system wholly in froot of the fire screen
Dalam hal kendaraan yang dipakai untuk mengangkut bahan peledak dalam jumlah besar, ruang pengemudi harus dipisahkan dari badan kendaraan. Kendaraan tersebut harus bertenaga diesel dengan sistem gas buang seluruhnya berada di depan tirai api

In the case of vehicles carrying small quantities of explosives, a wooden container, securely fastened to the bed of the vehicle, shall be provided for the carriage of blasting explosives
Dalam hal kendaraan mengangkut bahan peledak dalam jumlah kecil, harus dipakai, kontainer kayu yang diikatkan dengan aman pada dasar bak kendaraan

The body of the vehicle used for the carriage of explosives shall be used for no other purpose. Ancillary equipment, such as exploders, crimping tools, etc., shall be carried separately
Badan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut bahan peledak tidak boleh digunakan untuk maksud lain. Peralatan tambahan seperti alat peledak, crimping tools, dan lain-lain harus diangkut terpisah

In any circumstances, detonators and blasting explosives shall NOT be carried in the same container
Dalam keadaan apapun, detonator dan bahan peledak TIDAK boleh diangkut dalam tempat yang sama.

Carrying of blasting explosively which have already been fitted with detonators in any vehicle is strictly prohibited
Dilarang keras mengangkut bahan peledak yang sudah dilengkapi dengan detonator

All explosive containers shall be approved by Migas
Semua kontainer bahan peledak harus yang sudah memperoleh persetujuan Migas

Small quantities of explosives being conveyed on site shall be carried either in their original packing or in properly constructed of non-ferrous material such leather, molded rubber, wood or reinforced canvas. Plastics may be used for the carriage of blasting explosives but shall not be used for the carriage of detonators.
Bahan peledak yang diangkut dalam jumlah kecil di lokasi harus dalam kemasan asli atau teromol (canister) yang dikemas dengan baik. Canister tersebut harus dikemas dengan baik dari bahan tidak-poros seperti kulit, karet cetak, kayu atau kain kanvas yang kuat. Bahan plastik dapat digunakan pada pengangkutan bahan peledak tetapi tidak boleh untuk pengangkutan detonator.
Blasting explosives and detonators is prohibited to be carried in the same container.
Bahan peledak dan detonator dilarang diangkut dalam suatu kontainer yang sama.

All containers shall be suitably sealed and their interiors shall be lined to prevent entry water or dust. Each container shall be fitted with a strap attached to its main body and shall be fitted with a catch capable of keeping the pouch securely closed during conveyance. All attachments such as locks, rivets, etc., shall be made of brass and shall be suitably protected from direct contact with the explosives.
Semua kontainer harus ditutup dengan baik dan bagian da1amnya harus diberi lapisan untuk mencegah masuknya air atau debu. Setiap kontainer harus dipasang tali pengikat yang diikatkan pada badan utama dan harus dipasang penjepit yang dapat menutup dengan aman kamtong tersebut selama pengangkutan. Semua alat tambahan seperti kunci, paku sumbat dan lain-lain harus terbuat dari bahan kuningan dan harus dihindarkan dari kontak langsung dengan bahan peledak.

Penembakan (Sercel SN408XL)



Tampilan window Operation

Ketika pilihan SOURCE dipilih pada menu Preference, maka pada panel utama Operation menyediakan sebuah tabel yang berisi informasi akuisisi dari data dan memungkinkan observer untuk memilih source point yang akan ditembak. Disebelah bawah panel terdapat hasil dari akuisisi dan informasi proses akuisisi data tersebut, yaitu Internal Time Break (ITB) dan Transmit Error.
Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.

Tampilan panel Result pada window Operation

Transmit Error (TE) terjadi apabila satu atau lebih kesalahan pada proses transmisi data terdeteksi pada Line. Internal Time Break (ITB) menunjukkan bahwa 408XL gagal menerima Time Break dan juga Time Break Window. ITB dihasilkan setelah Time Break Window mengikuti setelah Firing Order seleasi, dengan akurasi ± 5 ms.
TB Window adalah interval waktu yang mulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. Jika TB muncul dalam interval tersebut, kemudian akuisisi dimulai. Jika TB tidak muncul maka 408XL membuat sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai.
Tabel operasi source harus didefinisikan dengan menggunakan panel Source Operation Setup pada menu Preference. Kolom pada panel utama Operation adalah sama seperti pada panel Operation Setup
Selama akuisisi sebuah pesan ASCII diterima dari kotak blaster (melalui adaptor XDEV pada Auxiliary line) yang terdiri dari nilai:

1. Uphole Time (UHT)
Uphole Time adalah waktu pulsa dari ledakan terdeteksi oleh uphole. Ditentukan dengan menganalisa sinyal dari geophone uphole.

2. Confirmed Time Break (CTB)
CTB adalah banyaknya waktu dari arus yang mengalir ke detonator lebih besar dari 4 amps. Mulainya arus mengalir adalah sebagai awal dari Time Break.

Panel Process Type Setup digunakan untuk menyediakan informasi dari tipe pemprosesan data. Record Length (1,0 – 99,9 detik) adalah lamanya waktu perekaman data. Pada model Impulsive, waktu ini sama dengan lamanya akuisisi data. Refraction Delay (0 – 64.000 ms) adalah selisih waktu antara Time Break yang diterima oleh 408XL dengan dimulainya akuisisi. TB Window (0 – 64.000 ms) adalah interval waktu yang dimulai ketika 408XL mengirim sebuah Firing Order (FO). Selama TB Window, 408XL menunggu TB dari shooting system. If TB muncul pada interval tersebut maka akuisisi dimulai. Jika tidak maka 408XL akan menghasilkan sebuah Internal TB (ITB) dan akuisisi dimulai. AUX Process Descriptor adalah untuk mendefinisikan proses yang ingin dilakukan pada channel auxiliary.
Tampilan menu Process Type Setup pada window Operation

Panel Process Type Setup seperti yang di bawah terdiri dari sebuah tabel yang berisi karakteristik dari perencanaan Shot Point secara berurutan.
Tampilan menu Operation Source Setup pada window Operation

Spread Option memungkinkan kita untuk memilih antara “Absolute” dan “Generic”. Dengan memilih “Absolute” kita harus menspesifikasi spread dari akuisisi yang akan digunakan secara komplit untuk setiap tembakan. Ketika kita mengisi file SPS ke database pada dengan menggunakan Log, maka akan secara otomatis akan mengaktifkan tabel operasi dengan menggunakan spread Absolute.
Sebuah spread “Generic” akan mendeskripsikan pola dari channel aktif. Generic sangat berguna jika pemprograman spread diselesaikan secara manual dan kita tidak ingin mengubah deskripsi setiap kali spread bergeser.
Shot/Vp Id adalah untuk nomor Shot point atau Vibrated Point. Break Point adalah untuk memberikan identitas apakah pada Shot Point tersebut sudah dilakukan penembakan atau belum. Source Line untuk menandakan pada Line berapa sumber getaran atau Shot Point berada. Source Receiver adalah untuk menandakan pada Line berapa Receiver atau geophone berada. Sfl, Spread First receiver Position Number, adalah Receiver Position atau nomor trace terendah pada spread. Pada generic spread Sfn diisi oleh operator, sedangkan pada absolute spread Sfl secara otomatis akan dihitung oleh sistem.
Dengan menekan tombol GO maka Firing Order akan terkirim. Dengan menekan ABORT maka akan menginterupsi shot point yang sedang ditembak setelah proses akuisisi selesai. Sebuah kotak dialog akan tampil dan memberikan pilihan apakah ingin merekam data atau menggagalkan shot point. Pilih OK jika ingin merekam akuisisi. Jika memilih CANCEL maka proses akuisisi tidak akan direkam.
Selama penembakan dapat terjadi kegagalan-kegagalan atau disebut juga dengan Misfire. Ada Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill, dan ada juga yang tidak.
Misfire yang terjadi sehingga harus dilakukan redrill diantaranya adalah:

1. Dead Cap
Dead Cap terjadi karena detonator tidak aktif, atau dapat juga terjadi karena kabel detonatornya terlepas atau open. Dapat terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster yang terlalu besar.

2. Short Wire
Short Wire terjadi karena kabel detonator terkelupas dan terhubung dengan kabel pasangannya dai polaritas yang berbeda. Short Wire terdeteksi dengan nilai hambatan detonator yang terukur pada blaster terlalu kecil.

3. Lost Wire
Lost Wire atau hilangnya kabel detonator dapat terjadi karena dua hal. Yang pertama dapat terjadi karena kabel detonator tersebut terperosok ke dalam lubang sehingga tidak mungkin lagi untuk diambil. Atau dapat juga hilang karena diambil atau ditarik oleh orang secara sengaja maupun tidak sengaja. Biasanya ada beberapa orang warga setempat yang sengaja mengambil kabel detonator tersebut untuk dijual.

4. Lost Hole
Lost Hole atau hilang lubang dapat terjadi karena hilangnya patok shot point sehingga shooter tidak dapat mencari posisi lubang tembak. Adanya kompensasi dan offside akan mempertambah sulit shooter dalam mencari lubang tembak terutama apabila patoknya hilang.

5. Cap Only
Cap Only terjadi karena pada saat penembakan hanya detonatornya saja yang meledak sedangkan bahan peledaknya tidak, sehingga getaran yang dihasilkan tidak cukup kuat.

6. Weak Shot
Weak Shot terjadi karena hanya sebagian dari bahan peledak saja yang ikut meledak sehingga getaran yang dihasilkannya lemah.

7. No CTB & UHT
No CTB & UHT terjadi karena 408XL tidak dapat menerima Confirm Time Break dan Uphole Time dari blaster slave. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah karena komunikasi radio yang buruk. Komunikasi radio yang buruk dapat menyebabkan No CTB & UHT dikarenakan pengiriman data CTB dan UHT dari blaster slave ke blaster master di LABO adalah melalui transmisi radio. No UHT dapat terjadi karena shooter tidak memasang geophone Uphole dengan baik.

8. DAS (Dead After Shot)
DAS adalah kegagalan yang muncul setelah penembakan dilakukan. Sebelum penembakan dilakukan tidak ada kerusakan pada detonator yang terukur. Tetapi setelah penembakan dilakukan terjadi kerusakan pada detonator yang terdeteksi.

9. Low Frequency
Low Frekuency terjadi karena rendahnya frekuensi yang dihasilkan oleh sumber getar. Low Frequency menyebabkan data yang terekam tidak bagus. Low Frequency dapat disebabkan karena areanya yang menyerap energi dari sumber getar, atau karena penanaman bahan peledak yang kurang dalam.

10. Line Cut
Line Cut terjadi karena adanya kegagalan pengiriman data melalui kabel pada saat akuisisi data sehingga sebagian data hilang. Line Cut biasa terjadi karena transmission error yang disebabkan oleh efek statik. Efek statik sering terjadi apabila cuaca mendung atau berawan. Efek statik dapat terjadi pada saat proses akuisisi berlangsung sehingga sulit untuk diprediksi.

11. Wrong Spread
Wrong Spread terjadi karena tidak cocoknya antara shot point yang ditembak dengan channel yang aktif. Wrong spread dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah karena adanya kesalahan pada pemprograman yang dilakukan oleh operator Labo. Wrong Spread juga dapat terjadi karena kesalahan posisi yang dilakukan oleh shooter. Wrong Spread dapat dihindari dengan mencek program sebelum penembakan, dan mencek posisi shooter.

12. Lost Record
Lost Record terjadi karena kegagalan dalam merekam data ke dalam cartridge setelah data berhasil diakuisisi. Lost Record dapat terjadi karena recorder sedang di bypass, atau juga dapat terjadi karena konektivitas yang tidak baik antara cartridge dengan PRM.

Intrument Test (Sercel SN408XL)


Intrument Test dilakukan setiap hari sebelum perekaman dilakukan. Intrument Test dilakukan untuk memeriksa apakah FDU yang digunakan dalam kondisi bagus atau tidak. Semua FDU yang digunakan pada hari itu harus sudah menjalani Daily Instrument Test. Hasil Instrument Test pada panel Numeric disimpan sebagai bukti Instrument Test telah dilakukan.

Tampilan window Test Setup

Untuk melakukan Instrument Test posisi Tab harus berada pada posisi Instrument. Hasil tes akan keluar pada tampilan Numeric dan Graphic. Pada kotak Absolute Spread kita menspesifikasikan posisi line dan receiver yang ingin di tes. Kotak Aux Descr digunakan untuk mendeskripsikan auxiliary channels yang ingin di tes. Gain yang ingin digunakan pada Instrument Test dapat dipilih apakah menggunakan G1 atau G2. Record Length / panjang perekaman dapat dipilih dari 1 – 99,9 detik. Tetapi pada tes Instrument Crosstalk panjang perekaman minimum adalah 5 detik pada Sample Rate 2 ms. Pada Daily Instrument Test kita harus merekam datanya, sehingga posisi pada tombol pilihan Record adalah Yes.
Jenis-jenis tes yang dilakukan adalah:

1. Instrument Noise (µV)
Selama tes channel input di short dengan menggunakan resistor internal. Geophone tidak terpasang.

2. Instrument Distortion (dB)
Selama tes geophone tidak terhubungkan. Generator pada FDU digunakan sebagai input channel yang sedang di tes.

3. Instrument Crosstalk (dB)
Tes ini terdiri dari dua tahap. Selama tahap pertama generator tes memberikan sebuah sinyal sinusoidal ke test network pada setiap FDU genap. Converter ADC pada setiap FDU ganjil mengukur tegangan yang dihasilkan pada test network-nya. Generator tes pada setiap FDU ganjil tidak diaktifkan. Kemudian pada tes tahap kedua sinyal sinusoidal diberikan pada setiap FDU ganjil dan tegangan yang dihasilkan diukur pada tes network setiap FDU genap.

4. Instrument Gain/Phase Error (%)
Tes ini memberikan error maksimum pada amplitudo dan fase. Geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.

5. Common Mode Rejection (dB)
Selama tes, geophone tidak terpasang. Generator yang berada di dalam FDU digunakan sebagai input channel yang sedang dites.

Apabila setelah dilakukan Instrument Test ternyata ada FDU yang rusak maka harus dilakukan pergantian. Setelah pergantian FDU dilakukan maka dilakukan Instrument Tes ulang. Instrument Test sangat penting karena hasilnya mencerminkan kualitas alat yang digunakan.




Pemasangan Instrumen Recording (Sercel SN408XL)


A. Pemasangan Instrumen 2D
Labo dihubungkan ke lintasan dengan menggunakan kabel transverse. Kabel transverse dari Labo dihubungkan dengan LAUX yang berada di lintasan. Apabila kabel transverse dihubungkan di port right transverse di Labo, maka pada LAUX kabel transverse tersebut dihubungkan ke port left transverse dan demikian juga apabila dilakukan hal sebaliknya. Kemudian LAUX akan terhubung dengan kabel link FDU melalui port High Line dan Low Line. Port high line terhubung ke trace besar sedangkan low line terhubung ke trace kecil.
Di setiap 10 kabel link atau sama dengan setiap 40 trace atau FDU dari LAUX dipasangan LAUL. Sebenarnya jumlah FDU maksimal adalah 60 FDU dengan panjang kabel antar FDU 30 m, 48 FDU dengan jarak kabel antar FDU 55 m, dan 40 FDU jika panjang kabel antar FDU 75 m. Namun dengan bertambahnya usia dari kabel dan instrumen yang lain maka kerakteristik tersebut akan berkurang. Maka untuk menghindari kegagalan pada saat perekaman maka kita menggunakan parameter yang berada di bawah kemampuan maksimal instrumen.
Apabila LAUX tidak tersedia, maka posisi LAUL dapat digantikan dengan LAUX tetapi sebaliknya kita tidak dapat menggantikan fungsi LAUX dengan LAUL.

Pemasangan instrument pada survey 2D
B. Pemasangan Instrumen 3D

Pada perekaman 3D terdapat lebih dari satu lintasan yang aktif pada satu titik tembakan. Dalam satu lintasan dibutuhkan minimal satu buah LAUX. LAUX berfungsi untuk menghubungkan lintasan yang satu dengan lintasan yang lain, dan juga burfungsi untuk menghubungkan Labo ke kabel di lintasan. Koneksi antar lintasan melalui port Left Transverse dan Right Transverse pada LAUX, kabel yang digunakan adalah kabel transverse.
Lintasan-lintasan pada perekaman 3D adalah sejajar dan jarak antar lintasan adalah sama antara lintasan yang satu dengan yang lainnya.
Yang perlu untuk diperhitungkan adalah jumlah channel aktif maksimal. Kabel transverse mempunyai kemampuan maksimal untuk 2000 channel aktif. Sedangkan satu line mempunyai kemampuan 1000 channel aktif.


Channel aktif maksimum


Pemasangan instrument pada survey 3D

Pembentangan Kabel dan Penanaman Geophone

Pembentangan kabel adalah pekerjaan tahap pertama pada recording. Pembentangan kabel dilakukan oleh kru bentang. Satu kru bentang dapat membawa 8 roll kabel link dan 32 string geophone. Tugas kru bentang adalah menyambungkan kabel dan geophone dengan baik sesuai dengan lintasan dan tracenya. Satu orang kru bentang biasanya membawa satu roll kabel link atau dua string geophone.
Setelah pembantangan maka pekerjaan seklanjutnya adalah penanaman geophone yang dilakuakann oleh kru rojok. Peralatan yang dibutuhkan antara lain adalah super planter untuk membuat lubang tempat geophone akan ditanam, planting hole untuk menanamkan geophone, dan tali chaining untuk mengukur jarak antar geophone agar sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.

Penanaman Geophone (Rojok)
Hal yang harus diperhatikan pada penanaman geophone adalah:
- Kedalaman geophone harus tepat, tidak terlalu dangkal dan tidak terlalu jauh, yaitu geophone tertanam pada koplingnya sehingga geophone dapat menerima siyal getaran seismik dengan baik.
- Posisi geophone harus tegak agar geophone dapat menerima gelombang seismik dengan maksimal.
- Penanaman geophone harus hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan.
- Tidaklah bagus apabila geophone yang ditanam mengenai agar, karena dapat menimbulkan noise apabila pohon akar tersebut bergoyang tertiup angin.
A. Jenis Bentangan

1. Bentangan Normal
Pada satu string geophone atau satu trace terdapat 18 buah geophone. Pada bentangan normal jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah:

JarakAntarTrace – JarakAntarTrace*JumlahGeophonePerTrace

Karena jarak antar trace adalah 30 m maka jarak antara geophone pertama dengan geophone ke-18 adalah 28,33 m, maka jarak antar geophone adalah 28,33m/(18-1) atau sama dengan 1.667 m.
Posisi bentangan geophone sejajar dengan lintasan sehingga semua geophone yang terbentang berada tepat dilintasan.

2. Bentangan Simetri
Apabila geophone tidak dapat dibentang normal maka alternatif pertama yang dilakukan adalah membentang geophone secara simetri. Pada prinsipnya membentang geophone secara simetri sama dengan membentang geophone secara normal, hanya saja jarak antar geophone yang diperkecil, tetapi jarak antar geophone yang satu dengan yang lainnnya harus sama.
Membentang geophone secara simetri dapat disebabkan karena trace berada di dekat jalan, sungai, kanal atau sebab-sebab yang lain yang dapat menyebabkan geophone tidak dapat dibentang secara normal.
Kekurangan bentangan simetri adalah menyebabkan geophone lebih sensitif terhadap noise dan lebih mudah mendeteksi ground roll dibandingkan apabila geophone dibentang secara normal.

3. Bentangan Group
Membentang geophone secara group adalah alternatif terakhir apabila goephone tidak dapat dibentang secara normal maupun simetri. Penyebab geophone dibentang secara group sama dengan halnya mengapa geophone dibentang secara simetri, yaitu diantaranya karena geophone berada di dekat jalan, sungai atau kanal dan lintasan juga berpotongan dengan jalan, sungai atau kanal tersebut.
Bentangan yang di group adalah yang paling sensitif terhadap noise dari luar dan ground roll karena jarak antar geophone yang berdekatan. Tetapi bentangan group juga lebih sensitif dalam menerima getaran seismik. Dalam monitor record dapat terlihat bahwa bentangan yang digroup akan menghasilkan amplitudo getaran yang lebih besar dan relatif lebih lama dalam mendeteksi getaran.
Parameter bentangan group adalah geophone ditanam secara melingkar dengan diameter lingkaran sebesar 1 m. Harus diatur sedemikian rupa agar jarak antar geophone sama besar.

B. River Crossing

River Crossing dilakukan apabila lintasan berpotongan dengan sungai yang cukup lebar sehingga kita tidak dapat menghubungkannya dengan menggunakan kabel link. Bisanya pada River Crossing terdapat trace yang mati karena trace tersebut berada di tengah-tengah sungai dan tidak memungkinkan untuk di kompensasi maupun di offside.
Pada River Crossing kita menggunakan kabel transverse yang panjangnya dapat mencapai 200 – 300 m. kabel tranverse tersebut menghubungkan antara dua Laux yang masing-masing berada di kedua sisi sungai yang saling berseberangan. Kabel transverse tersebut terhubung pada port transverse Laux, apabila kabel transverse tersebut terhubung dengan port Left Transverse pada salah satu Laux maka pada Laux yang satunya lagi harus terhubung pada port Right Transverse.
Hal yang sangat penting dan berbahaya pada pengerjaan River Crossing adalah pembentangan kabel transverse di sungai. Pembentangan kabel transverse adalah dengan menggunakan perahu kecil. Pada perahu tersebut telah dipasang sebuah roda besar untuk menggulung ataupun untuk mengulur kabel. Pada saat pengangkatan kabel seringkali terjadi kabel tersangkut di dasar sungai. Apabila hal ini terjadi maka hal yang terpaksa dilakukan adalah memotong kabel transverse tersebut.