Translate

Kamis, April 23, 2015

Cara Transfer Data GPSMap Garmin Ke AutoCad, ArcView GIS, MapInfo Professional, ArcGIS

Bagi anda yang ingin tahu Cara Transfer Data GPSMap Garmin Ke AutoCad, ArcView GIS, MapInfo Professional, dan ArcGIS simak saja tutorial di bawah ini. Saya sudah berusaha membuatnya sedemikian rupa agar mudah dipahami dan dipraktekkan. Kalaupun ada yang kesulitan ketika mencoba mempraktekkannya, tidak usah khawatir anda langsung saja tanya melalui kolom komentar. Saya akan berusaha menjawab semampunya.

Dalam pembuatan totorial ini, perlengkapan yang saya gunakan diantaranya GPSMap Garmin 60Csx dengan kabel datanya, Software MapSource, Autodesk Map 2004, ArcView GIS 3.3, MapInfo Professional 9.0, dan ArcGIS 9.3. Oleh karena itu, jika anda ingin mencoba mempraktekkan semua materi yang ada di artikel ini, paling tidak anda harus mempersiapkan perlengkapan seperti yang saya gunakan. 
Itulah kata pengantar tutorial ini dan sekarang langsung saja ke intinya yaitu:

Tutorial Cara Transfer Data GPSMap Garmin Ke AutoCad, ArcView GIS, MapInfo Professional, dan ArcGIS

Nyalakan GPS → Hubungkan GPS dengan Komputer menggunakan Kabel data

Buka Program MapSorce

Klik Menu Transfer → Receive From Device → Klik Find Device → Pilih objek yang akan di transfer (Dalam contoh ini saya hanya akan menntransfer Waypoints dan Tracks) → Klik Receive. Untuk lebih jelas lihat gambar di bawah ini:


Apabila proses transfer berhasil, akan muncul pesan “The data was succesfuly received” dan ada pilihan untuk mematikan GPS. Biarkan saja pilihannya tercentang kemudian klik OK.


Sekarang Anda lihat gambar di atas, dibagian sisi kiri terdapat banyak sekali Waypoints (ada 658) dan Tracks (ada 234). Itu disebabkan karena semua data yang pernah kita ambil menggunakan GPS dan belum sempat terhapus, maka data tersebut semuanya ikut berpindah ke MapSorce. Jadi pemilihan data yang akan kita gunakan tidak bisa dilakukan pada saat proses transfer tetapi pada saat data tersebut telah masuk ke MapSource.

Untuk memudahkan pemilihan data, kita bisa mengurutkannya berdasarkan kolom dari masing-masing data dengan cara meng klik judul di bagian atas. Misalnya apabila kita ingin mengurutkannya berdasarkan waktu pengambilan data, maka klik saja tulisan Start Time.

Buang data yang tidak diperlukan dengan cara mengklik baris data tersebut, kemudian klik kanan, lalu pilih Delete Tracks atau Delete Waypoints. Gunakan tombol Shift pada keybord untuk mimilih/ memblok banyak data agar proses menghapus lebih efektif.

Apabila semua data yang tidak akan kita gunakan telah dihapus, maka proses selanjutnya adalah menyimpan data tersebut. Pilih File → Save As → ganti “Save as type” dengan DXF (*.dxf) agar file bisa dibaca oleh software-software SIG dan pemeetaan yang lain → ketik nama file → kemudian Save → akan muncul kotak dialog yang memberikan kita pilihan untuk memilih sistem koordinat dan faktor skala (biarkan saja seperti adanya) → klik OK.


Cara membuka data berextensi DXF (*.dxf) di Autocad / AutoDesk Map

Pilih File → Open → Files of type: pilih DXF (*.dxf) → Cari lokasi File yang dimaksud → Klik Open.


Cara membuka data berextensi DXF (*.dxf) di ArcView GIS

Aktifkan dulu Extensions yang berfungsi untuk membaca file-file CAD. Caranya, Pilih File → Extensions… → Centang Cad Reader → Klik Ok.

Panggil File yang berextensi DXF (*.dxf) dengan cara, pilih View → Add Theme → cari lokasi File → klik file yang dimaksud → klik Ok

Cara membuka data berextensi DXF (*.dxf) di MapInfo Professional

Gunakan Universal Translator terlebih dahulu, untuk merubah data berextensi DXF (*.dxf) menjadi berextensi MapInfo TAB. 

Buka File yang telah dirubah dengan Universal Translator dengan cara, Pilih File → Open → cari lokasi File → klik file yang dimaksud → klik Open

Cara membuka data berextensi DXF (*.dxf) di ArcGIS

Pilih File → Add Data → cari lokasi File → klik file yang dimaksud → klik Add

Demikian tutorial sederhana mengenai cara transfer data GPSMap Garmin ke berbagai software SIG. Jika anda merasa ada yang kurang jelas atau ingin menambahkan sesuatu berkaitan dengan tutorial ini, saya akan dengan senang hati menerima dengan terbuka respon anda melalui kolom komentar. Semoga bermanfaat…

Senin, April 20, 2015

Membuat peta dasar berbasis GIS dari AutoCAD

Sebelumya terima kasih atas kritik dan saran dari dosen pembimbing saya pak Putu Rudy, juga pak Sakti (Asisten dosen) atas bimbingannya telah membuka wawasan tentang Sistem Informasi Perencanaan dengan GIS, saya merasa kurang karena masih banyak yang bisa dikembangkan dengan berbagai analisa spasial lainnya ...

Inilah catatan singkat cara Membuat peta dasar berbasis GIS dari AutoCAD, khususnya sebagai jawaban atas permintaan pak bhayu aji dari aceh dan beberapa teman via email ...
1. Install program AutoCAD (saya menggunakan versi 2006)
2. Install program ArcView GIS 3.3
3. Buat folder untuk menyimpan semua file hasil kerja dari 2 program tersebut, misal D:\gis sby
4. Copy file peta dasar yang ada sklala nya, misal surabaya.png simpan dalam fólder tersebut.
5. Buka aplikasi AutoCAD
6. Lakukan standarisasi ukuran dengan merubah menjadi satuan meter (umum di Indonesia), caranya : klik Format --> units --> Setelah muncul Drawing Units rubah pada Intersection Scale --> pilih meters, untuk precision sesuai kebutuhan (standar 2 digit dibelakang koma)


Gambar 1. Menu

7. Insert gambar peta ke program AutoCAD, caranya : Insert --> Raster Image --> pilih surabaya.png
8. Munculkan tools inquery untuk mengukur ukuran sebelum dan sesudah di skala
9. Lakukan scalling untuk menyamakan existing dengan digitasi, caranya :
-Tekan Ctrl+A (select All), maka muncul Command: _ai_selall Selecting objects...done.
- Command: SC enter (untuk scalling)
- Specify base point: letakkan cursor tepat dengan koordinat sumbu x dan y
- Specify scale factor or [Copy/Reference] <1.00>: ketik r
- Specify reference length <1.00>: Klik dititik ujung kiri (ke1) pada skala Specify second point : Klik dititik ujung kanan skala (ke2)- Specify new length or [Points] <1.00>: ketik 10000 (10000m=10Km)

10. Siapkan layer-layer yang akan kita butuhkan, default layer adalah 0, caranya buka Layer Properties Manager : klik New Layer (Alt+N) ketik Batas Kota, klik New Layer ketik Batas Kecamatan, klik New Layer ketik Kecamatan A, klik New Layer ketik Kecamatan B dst (misal untuk Surabaya langsung tulis nama Genteng, Wonokromo dst sampai 31 kali karena jumlahnya ada 31 Kecamatan)


Gambar 2. Layer Properties

11. Lakukan digitasi menggunakan polyline (untuk garis), pastikan batas kota tersebut tidak terputus, caranya ketika mau tersambung antar titik ketiklah C enter pada Command sehingga terbentuk polygon tertutup sempurna.
12. Untuk menyempurkan hasil digitan maka gunakan perintah TRIM pada Command pilih garis yang akan dirapikan, kemudian tekan enter --> klik pada garis luar yang ingin dihapus.
13. Lakukan digitasi dengan cara yang sama pada batas kecamatan (31 kali untuk Surabaya)
14. Lakukan boundary dengan cara klik Draw pada Main Toolbar --> Boundary --> pick points (tepatkan pada tiap wilayah masing-masing kecamatan)


Gambar 3. Boundary Creation

15. Setelah semua kecamatan digitasi simpan dengan dengan format .dxf misal diberi nama All Kecamatan.dxf (siap untuk ditransfer ke ArcView ). Ingat saat theme kecamatan, maka yang dihidupkan hanya layer kecamatan (1 sampai 31 kec)
16. Demikian juga untuk mengirim theme jalan maka layer jalan dihidupkan simpan dengan nama jalan.dxf ( sebagai line)

Setelah proses pembuatan peta di AutoCAD selesai, bukalah program ArcView GIS 3.3 seperti tampak dalam gambar dibawah ini :
1. Buka aplikasi ArcView GIS 3.3 --> pilih with a new view ( untuk awal)


Gambar 4. Open Program ArcView GIS 3.3

2. Would you like to add data to the View now? klik YES



Gambar 5. Tambah Data

3. Buka file yang telah tersimpan tadi, seperti dalam gambar :


Gambar 6. Insert Gambar dari AutoCAD

4. Kemudian klik OK
5. Untuk selanjutnya kita mulai memodifikasi peta dan mengisi data sesuai kebutuhan melalui entry data langsung atau import dari ecxel.

Demikian catatan kecil ini saya berikan semoga bermanfaat. Maaf saya hanya bisa membantu sedikit…. Untuk lebih rinci saya sarankan beli buku tutorial AutoCAD 2006 dan ArcView GIS 3.3

Tahapan Digitasi On Screen Menggunakan AutodeskMap 2004

Beberapa waktu yang lalu saya dikirimi sms oleh seorang teman yang isinya minta tolong untuk menuliskan tahapan digitasi on screen menggunakan AutodeskMap 2004. Setelah cukup lama permintaan itu belum bisa saya penuhi, akhirnya ketika ada teman saya yang lain minta tolong untuk mendigitasi sebuah Peta Administasi, maka langkah-langkah digitasi on screen menggunakan AutodeskMap 2004 ini sekalian saya buat juga. Yah sekali action dua permintaan tolong akhirnya terpenuhi, inikali ya yang disebut sekali mendayung dua pulau terlampaui. Nah agar ilmu ini bermanfaat untuk teman-teman lain yang sedang membutuhkan juga, maka saya berinisiatif untuk memuatnya di blog ini.
Kalimat pembukanya kok jadi panjang yah…Maap. Langsung saja ke tahap-tahap digitasi dibawah ini ya:
1. Buka Program AutodeskMap 2004
2. Klik menu Insert → Raster Image
3. Pilih gambar/ foto/ citra/ peta hasil scanning yang akan didigitasi → Klik Open
4. Setelah muncul tampilan seperti Gambar dibawah ini, pada bagian Insertion point biarkan saja terisi angka 0, pada bagian Scale isi dengan angka 1, dan pada bagian Rotation isi dengan angka 0. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:

5. Klik menu View → Zoom → Extents, untuk menampilkan gambar tepat ditengah-tengah layar
6. Klik menu Format → Layer
7. Buat layer baru untuk masing-masing objek yang ada pada gambar, misalnya layer sungai, layer jalan, dan layer bidang. Untuk membuat layer baru klik command New → Ketikkan nama layer → pilih warna dan jenis garis → Klik command OK
8. Aktifkan layer yang akan didigitasi → Memulai digitasi
9. Setelah semua obyek yang ada di gambar didigitasi, langkah selanjutnya adalah melakukan proses Rubber Sheet, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Klik menu Map → Tools → Rubber Sheet
Base Point 1 : isikan koordinat pada gambar atau klik sebuah titik pada gambar (lihat Gambar dibawah)
Reference point 1 : isikan dengan koordinat sebenarnya di lapangan

Base Point 2 : Masukkan titik kedua; Reference point 2 : Masukkan koordinat sebenarnya di lapangan (lihat Gambar dibawah)

Base Point 3 : masukkan koordinat acuan yang ketiga; Reference point 3 : koordinat ketiga sebenarnya
Base Point 4 : masukkan koordinat acuan yang keempat; Reference point 4 : koordinat keempat sebenarnya
Base Point 5 : masukkan koordinat acuan yang kelima; Reference point 5 : koordinat kelima sebenarnya
Base Point 6 : masukkan koordinat acuan yang keenam; Reference point 6 : koordinat keenam sebenarnya
Base Point 7 : masukkan koordinat acuan yang ketujuh; Reference point 7 : koordinat ketujuh sebenarnya
Base Point 8 : masukkan koordinat acuan yang kedelapan; Reference point 8 : koordinat kedelapan sebenarnya
Tekan Enter
Ketik : select → blok semua objek → View → Zoom → Extents 10. Tahapan digitasi selesai. Adapun yang perlu menjadi catatan adalah mengenai proses Rubber Sheet. Sebenarnya jumlah titik yang dijadikan acuan tidak harus delapan titik karena menggunakan minimal dua titik pun kita sudah bisa melakukan proses Rubber sheet. Akan tetapi berdasarkan penelitian, menggunakan minimal delapan titik menjadikan peta hasil digitasi lebih mendekati koordinat sebenarnya.
Sebelumnya saya mohon maap tutorial ini dibuat tidak terlalu detil dan bukan untuk yang belum tahu dasar-dasar menggunakan AutodeskMap. Jika ada teman-teman yang ingin mendiskusikan artikel ini saya persilahkan meninggalkan komentar. Demikian semoga bermanfaat.
Gambar diambil dari www.indocdshop.com dan koleksi pribadi

CARA MEMBUAT PETA AUTOCAD DARI GOOGLE EARTH


Melihat perkembangan zaman yang semakin canggih. Metode pemetaan terkini pun tak lagi memakai mode manual, hampir semua metode menggunakan sistem digital dan pengerjaannya menggunakan komputer (PC), lactop, bahkan ada yang menggunakan smart phone. Banyak bidang pekerjaan yang sangat membutuhkan gambar design peta. contoh pekerjaan tersebut adalah project pembangunan seperti project pembangunan jaringan telekomunikasi, project pembangunan instalasi listrik, project pembangunan pekerjaan jalan (PU), project pembangunan perumahan, project pembangunan instalasi air (PDAM), dll. Salah satunya menggunakan aplikasi Autocad. Untuk kali ini saya akan berbagi bagaimana caranya mendesign peta menggunakan Autocad yang dasar petanya di ambil dari Google Earth dengan skala yang sama antara Autocad dan Google Earth. Permulaannya saya akan menjelaskan sedikit tantang Autocad dan Google Earth yang informasinya saya dapatkan dari Wikipedia. 

Autocad adalah adalah Aplikasi komputer untuk menggambar 2 dimensi dan 3 dimensi yang dikembangkan oleh Autodesk. Keluarga produk Autocad, secara keseluruhan, adalah software CAD yang paling banyak digunakan di dunia.Autocad digunakan oleh insinyur sipil, land developers, arsitek, insinyur mesin, desainer interior, desainer peta dan lain-lain.Format data asli Autocad, DWG, dan yang lebih tidak populer, Format data yang bisa dipertukarkan (interchange file format) DXF, secara de facto menjadi standard data CAD. Akhir-akhir ini Autocad sudah mendukung DWF, sebuah format yang diterbitkan dan dipromosikan oleh Autodesk untuk mempublikasikan data CAD.
Tampilan Autocad (Gambar 1) :
 
Gambar 1

Google Earth adalah sebuah program globe virtual yang sebenarnya disebut Earth Viewer dan dibuat oleh Keyhole, Inc.. Program ini memetakan bumi dari superimposisi gambar yang dikumpulkan dari pemetaan satelit, fotografi udara dan globe GIS 3D. Tersedia dalam tiga lisensi berbeda.
Tampilan Google Earth (Gambar 2) :

Gambar 2






 Langkah - langkah untuk membuat peta menggunakan Autocad yang dasar petanya di ambil dari Google Earth adalah sebagai berikut:
1.   Instal program Autocad di komputer anda ( yang saya gunakan adalah autocad 2007 )
2.   Instal program Google earth
3.   Buka program Google Earth
4.   Tentukan lokasi Google Earth yang ingin di desain di Autocad. Agar resolusi gambar lokasi yang bagus ambil zoom eye alt 2000ft atau 3000 ft. Contoh saya mengambil lokasi bandara  internasional Soekarno Hatta Jakarta dan yang sekarang saya ambil zoom eye alt nya 18537ft agar bandaranya kelihatan semua.

Gambar 3
5.   Save As gambar Google Earth menjadi file image (Jpeg) dengan cara sebagai berikut:
  • klik file
  • klik save
  • klik save image
  • akan muncul jendela save, kemudian tentukan nama file, format file (Jpeg), dan lokasi penyimpanan.
6.    Copy gambar Google Earth yang telah menjadi file image (Jpeg) tadi dengan cara explore file tersebut kemudian klik kanan di filenya lalu klik copy
8.    Buka program Autocad
9.    Tampilkan gambar Google Earth yang telah menjadi file image (Jpeg) tadi ke Autocad dengan cara sbb:
  • klik kanan di program Autocad
  • klik paste
  • tentukan spacify scale factor or [unit] nya 100aja dengan cara ketik aja 100 pada keyboard
  • hidupkan ORTHO (lingkaran merah) agar gambar lurus dan rapi dan klik kiri maka akan tampil sebagai berikut (Gambar 4) bila gambar tidak menunjukkan penuh double klik scroll pada mouse
Gambar 4

 10.   Setelah image tampil tentukan skala dengan cara membandingkan antara skala Google Earth dan Autocad. dengan cara sebagai berikut:
  • buka Google Earth, tarik garis pengukuran dengan mengklik tools, klik ruler.
  • setelah jendela ruler muncul, di line tentukan standart pengukurannya pada meter
  • ambil patokan ujung ke ujung garis yg akan di ukur, contoh saya mengabil patokan garis panjang lintasan bandara (garis kuning yang di tunjuk panah hitam pada gambar 5)
  • maka akan muncul panjang garis lintasan dalam meter sebesar 3.719,3 m (terlihat di jendela ruler gambar 5)
Gambar 5

  • Buka Autocad
  • Tarik garis yang serupa pada gambar yang di tampilkan Autocad menggunakan polyline (lingkaran hijau gambar 6) maka akan tampil ukuran panjang pada Autocad (lingkaran biru pada gambar 6) contoh: apa bila muncul angka 651.6507<19,0.000 maka bisa dikatakan ukuran di Autocadnya 651.6 meter
Gambar 6
  • Sehingga dapat di artikan perbandingan ukuran antara Google Earth dan Autocad adalah 3.719,3 meter berbanding 651.6 meter. maka skala garis gambar di Autocad harus di perbesar hingga menyamai ukuran garis di Google Earth.
 11.   Setelah ukuran gambar Autocad yang sesuai dengan ukuran Google Earth. Anda dapat menjiplak gambar dengan menggunakan program - program draw di Autocad dengan layer tertentu. Contoh : landasan bandara dengan layer berwarna cyan, bangunan bandara dengan layer berwarna kuning, dan jalan akses bandara dengan layer berwarna hijau ( gambar 7 )

Gambar 7
 12.   Setelah penjiplakan selesai lengkap dengan garis - garis detail gambar, hapus gambar photo yang dari Google Earth. Dan hasil akhir dari pengerjaan dapat di lihat di ( gambar 8)

Gambar 8
 Demikian lah sekedar informasi yang dapat saya bagi. Saya sebagai penulis mohon maaf sebesarnya bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Selasa, April 14, 2015

PENGOLAHAN DATA SEISMIK



Urutan Pengolahan data seismic dapat berbeda – beda tergantung dari perangkat lunak yang digunakan. Namun secara garis besar urutan pengerjaan pengolahan data adalah sama. Secara umum tahap pengolahan data seismik adalah sebagai berikut :




PREPOCESSING

Sebelum kita melakukan pengolahan data, data lapangan harus kita proses awal dahulu. Pada dasarnya proses pengolahan awal (preprocessing) ini bertujuan untuk menyiapkan data yang bagus untuk proses pengolahan data yang belum distack.
Pada perangkat lunak ProMAX version 2003, sistem yang digunakan adalah UNIX. Oleh karena itu dalam mempelajarinya, layaknya perlu sedikit adanya pengenalan terhadap sistem ini.

1. Data Lapangan

Data seismik dalam bentuk digital direkam dalam pita magnetik dengan standar format tertentu. Standar format ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah 9 stack tape dengan format : SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-Y.

Data seismik direkam dalam bentuk multiplex. Dalam bentuk ini susunan kolom matriks menyatakan urutan data dari masing – masing stasion penerima. Sedangkan barisnya menyatakan urutan data dari perekaman seismik. Untuk itu yang harus pertama kali dilakukan adalah demultiplexing data, yaitu mengurutkan kembali data seismik untuk masing-masing stasion penerima sehingga berupa trace seismik.

Secara matematis demultiplex dapat dilihat sebagai transpose matriks yang sangat besar sehingga kolom matriks transpose tadi terbaca sebagai rekaman trace seismik pada offset yang berbeda untuk setiap common shot point.

Pada pengolahan data seismik 2D yang dilakukan penulis kali ini data yang digunakan sudah diformat sedemikian rupa sehingga tidak perlu lagi dilakukan formating. Data yang diolah oleh penulis adalah dalam format SEG-Y.

Data lapangan yang dikerjakan dalam laporan ini memiliki konfigurasi sebagai berikut :
• Tipe spread : Single off end • Kedalaman airgun : 3 m
• Panjang streamer : 700 m • Kedalaman streamer : 10 m
• Streamer : 28 hydrophone • Sail line azimuth : 90°
• Sumber (source) : airgun • Jumlah tembakan : 3741
• Receiver : hydrophone • Interval tembakan : 25 m
• Multichannel : 28 kanal • Interval channel : 25 m



2. Instrument Dephase

Fungsi Instrument Dephase adalah untuk mengoreksi phase data trace terekam untuk menghilangkan noise yang diakibatkan oleh alat perekam atau geophone sewaktu merekam sinyal dari dalam bumi.
Pada pengolahan data seismik marine 2D yang dilakukan oleh penulis, data yang digunakan sudah dilakukan Instrument Dephase.

3. Geometry

Tahapan ini dimaksudkan untuk mendefinisikan geometri dari data yang telah di-loading agar sesuai dengan geometri penembakan pada akusisi data di lapangan.
Informasi operasional geometri dan spesifikasi konfigurasi dari sampel data Kerja Praktek ialah sebagaiberikut.

• Tipe spread : Single off end • Kedalaman airgun : 3 m
• Panjang streamer : 700 m • Kedalaman streamer : 10 m
• Streamer : 28 hydrophone • Near offset : 30 m
• Sumber (source) : airgun • Sail line azimuth : 90°
• Penerima (receiver) : hydrophone • Jumlah tembakan : 3741
• Seismik multichannel : 28 kanal • Interval tembakan : 25 m
• Nomor receiver pertama : 1 • Interval channel : 25 m
• Nomor receiver terakhir : 28

Flow Geometry :



Gambar Dataset “GEOM” FFID 1771.


4. Editing Sinyal

Selama proses akuisisi dilakukan seringkali hasil rekaman terganggu oleh beberapa sebab, seperti pembalikan polaritas, trace mati, berbagai jenis noise (Ground roll, koheren dan random noise) yang jika tidak dihilangkan terlebih dahulu akan sangat mengganggu dalam proses pengolahan data. Noise yang diakibatkan oleh Instrument dan geophone telah direduksi sebelumnya pada Instrument Dephase.

Dalam pengolahan data seismik ini penulis menggunakan 2 subflow utama dalam flow Editing ini yaitu :
• Trace Muting
Trace Nuting adalah pengeditan yang dilakukan dengan cara membuang/memotong bagian-bgian trace pada zona tertentu.
Ada tiga jenis mute yang biasa dilakukan yaitu : Top, Bottom dan Surgical Mute. Data lapangan terdiri dari beberapa jenis gelombang. Gelombang yang tidak dilibatkan dalam pengolahan data seismik refleksi akan dibuang. Even – even yang pertama direkam adalah Direct Wave yang dapat kita hilangkan dengan melakukan mute, yang dalam pengolahan data seismic 2D kali ini penulis lakukan. Untuk itu sebelumnya dilakukan pick terhadap tiap trace.

• Trace Kill/Reverse
Trace dengan data yang jelek sekali atau trace yang mati akan sangat sulit sekali untuk dikoreksi, karena itu akan kita buang (seluruh data dalam trace tersebut dibuat berharga nol).
Pada modul ProMAX, proses editing sinyal dilakukan berdasarkan hasil identifikasi trace pada keseluruhan data seismik dengan langkah-langkah sebagaiberikut.
“Display dataset (disortir dalam format FFID)  Picking > Kill Traces / Pick Top Mute  Buat/Pilih nama file, yaitu ‘KILL_trace’ untuk killing dan ‘TOP_MUTE’ untuk muting > OK  lakukan picking seluruh FFID  File > Save > File > Exit/Continue Flow”.

Untuk mengaplikasikan killing trace digunakan subflow Trace Killing/Reverse sedangkan untuk mengaplikasikan muting trace digunakan subflow Trace Muting. Flow dan spesifikasi parameter subflow yang digunakan dalam proses editing sinyal ialah sebagaiberikut.

Flow Editing :



Gambar Data seismik FFID 1771 sampai FFID 1775 setelah signal processing.


5. Dekonvolusi

Dekonvolusi adalah suatu proses untuk menghilangkan wavelet seismik sehingga yang tersisa hanya estimasi dari reflektifitas lapisan bumi.

Skema proses konvolusi dan dekonvolusi :


Dekonvolusi bertujuan untuk :
- Menghilangkan ringing
- Meningkatkan resolusi vertical
- Memperbaiki penampilan dari stacked section sehingga menjadi lebih mudah untuk diinterpretasi
- Seismic section menjadi lebih mirip dengan model geologi
- Menghilangkan multipel

Metoda-metoda Dekonvolusi

Secara garis besar metoda dekonvolusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu deterministik dan statistik. Dekonvolusi deterministik adalah dekonvolusi menggunakan operator filter yang sudah diketahui atau didisain untuk menampilkan suatu bentuk tertentu. Contoh dekonvolusi deterministik adalah spiking deconvolution. Sementara jika disain filter tidak kita ketahui, kita dapat memperolehnya secara statistik dari data itu sendiri. Metoda ini disebut dekonvolusi statistik. Contoh dekonvolusi statistik adalah dekonvolusi prediktif.

Dekonvolusi Prediktif

Dekonvolusi prediktif dilakukan dengan cara mencari bagian-bagian yang bisa diprediksi dari trace seismik untuk kemudian dihilangkan. Dekonvolusi prediktif biasanya dipergunakan untuk
1. Prediksi dan eliminasi event-event yang berulang secara periodik seperti multipel perioda panjang maupun pendek.
2. Prediksi dan eliminasi ‘ekor’ wavelet yang panjang dan kompleks.

Dalam Kerja Praktek ini, metode dekonvolusi yang digunakan ialah metode dekonvolusi prediktif. Untuk mengaplikasikan proses dekonvolusi, perintah yang digunakan pada modul ProMAX ialah Spiking/Predictive Deconvolution. Namun sebelumnya perlu dilakukan tes parameter decon terlebih dahulu untuk mengetahui harga operator decon terbaik. Adapun flow dan spesifikasi parameter subflow proses dekonvolusi ialah sebagaiberikut.

Flow Deconvolution :




PROCESSING

1. Analisa Kecepatan

Kecepatan gelombang seismik dalam formasi bawah permukaan adalah salah satu informasi penting yang akan digunakan untuk konversi data seismik dari domain waktu ke kedalaman. Sumber data kecepatan yang paling akurat didapat dari pengukuran check-shot sumur tetapi metoda tersebut hanya dapat dilakukan pada area yang sangat dekat dengan lokasi sumur, pada kenyataannya interpretasi dilakukan pada area-area yang jauh dari lokasi sumur. Masalah lainnya adalah adanya struktur geologi yang kompleks sehingga menimbulkan variasi kecepatan terhadap kedalaman. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan masalah dalam penentuan posisi struktur dan masalah pada waktu dilakukan proses migrasi. Oleh karena itu analisa kecepatan adalah suatu proses yang sangat penting dalam tahapan pemrosesan data seismik.

Dalam Kerja Praktek ini, metode analisis kecepatan yang digunakan ialah metode mengukur-kesamaan atau metode semblance. Metode ini menampilkan spektrum kecepatan dan CDP gather secara bersamaan. Pada modul ProMAX, skema dasar tahapan analisis kecepatan ialah seperti pada gambar berikut.



Pada gambar di atas, subflow Supergather Formation digunakan untuk membentuk suatu formasi paket CDP (CDP’s supergather) dengan input dataset yang telah didekonvolusi. Proses ini akan mengumpulkan CDP-CDP dengan trace header SG_CDP. Kemudian disiapkan data sebagai input untuk analisis kecepatan dengan menggunakan subflow Velocity Analysis Precompute. Dataset yang dihasilkan dengan nama “precompute_dataset” digunakan sebagai parameter input dalam subflow Disk Data Input. Didalam subflow ini juga dilakukan modifikasi trace header sesuai dengan definisi atribut supergather sebelumnya, yaitu pada menu Select Primary Trace Header Entry diisi dengan “SG_CDP”. Subflow yang terakhir ialah Velocity Analysis. Tabel kecepatan didefenisikan untuk menyimpan hasil picking kecepatan, yakni dengan nama ‘_Velan_’.

Flow Velocity Analysis :



2. Stacking

Stacking trace merupakan tahapan pengolahan data seismik dimana seluruh data trace seismik dikoreksi NMO kemudian di-stack (stacking).
Dalam proses stacking trace kecepatan yang digunakan ialah kecepatan stack. Kecepatan stacking dapat diperoleh dari hasil analisis kecepatan sebelumnya dengan melihat amplitudo stack yang paling optimum. Kecepatan ini seringkali disebut juga kecepatan NMO saja. Untuk jarak offset yang kecil, kecepatan stacking sama dengan kecepatan RMS.

Flow Stacking Trace :



Hasil akhir stacking trace ialah sebuah penampang seismik yang belum termigrasi atau dikenal dengan nama stacked section. Penampang ini ditampilkan dalam format wiggle trace, yakni format default display yang disediakan oleh ProMAX.

Gambar Penampang Seismik Hasil Stack (Stacked Section).


3. Migrasi

Migrasi adalah proses yang dilakukan untuk memindahkan data seismik ke posisi yang benar secara horisontal maupun vertikal. Ketidaktepatan posisi reflektor ini disebabkan oleh efek difraksi yang terjadi ketika gelombang seismik mengenai ujung/puncak dari suatu diskontinuitas akibat adanya struktur geologi, seperti lipatan atau sesar. Migrasi dilakukan dengan cara menggeser reflektor ke arah up-dip sepanjang garis kurva hiperbolik di mana bentuk dari hiperbola tersebut bergantung pada kecepatan medium tempat gelombang seismik tersebut merambat.

Dalam Kerja Praktek ini, proses migrasi yang dilakukan (secara keseluruhan) adalah post stack time migration (PSTM), yaitu migrasi dilakukan pada setiap event yang sudah dikoreksi NMO dan di-stack, serta di dalam domain time.

Metode migrasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode F-K (frekuensi-bilangan gelombang). Pada modul ProMAX, subflow yang digunakan ialah Memory Stold F-K Migration. Dalam subflow ini digunakan tabel hasil picking analisis kecepatan sebelumnya. Output dataset hasil migrasi kemudian ditampilkan, yaitu berupa penampang seismik 2D yang dikenal dengan nama migrated section.

Flow Migration :



Gambar Penampang Seismik Hasil Migrasi (Migrated Section).


Gambar Penampang Seismik Stacked Section.


Gambar Penampang Seismik Setelah Migrasi F-K.



KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari proses pengolahan data sismik 2D menggunakan software ProMAX dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Pengolahan data seismik yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran struktur geologi bawah permukaan yang mendekati keadaan sebenarnya dengan cara meningkatkan signal to noise ratio.
2. Hasil pengolahan data seismik sangat bergantung pada parameter – parameter dan metode-metode yang digunakan, sehingga untuk menghasilkan data dengan kualitas baik harus didukung oleh informasi geologi dan pengalaman dan kemampuan dari pemakaian software sangat mempengaruhi hasil yang didapat.
3. Pada software ProMAX terdapat berbagai metode yang memiliki kelebihan masing-masing dalam menentukan solusi untuk suatu data. Bila metode yang digunakan sesuai dengan karakteristik data, maka hasil yang didapat akan maksimal.
4. Kualitas dari data yang duhasilkan dipengaruhi juga oleh fakto human error. Misalnya dalam picking velocity pada analisis kecepatan.


2. Saran

Untuk mendapatkan hasil pengolahan data yang mencerminkan kondisi geologi yang sebenarnya, maka ada beberapa hal yang harus kita perhatikan :
1. Sesuaikan metode yang akan kita gunakan dengan karakteristik data, dengan melakukan tes terlebih dahulu,
2. Penting untuk memahami prinsip dari semua alur pengolahan yang kita kerjakan sehingga tidak hanya mengerti secara operasional saja tetapi juga dapat mengerti artinya,
3. Lakukan enhacement pada data, karena enhacement akan meningkatkan kualitas data dengan menghilangkan random noise yang tersisa sehingga hasil yang didapat lebih baik.

PT Gelombang Seismic Indonesia melakukan "mini expose" untuk IPO




PT Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali menyelenggarakan paparan mini terhadap dua perusahaan yang merencanakan untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) pada tahun ini.
"Hari ini PT Anabatic Technologies dan PT Gelombang Seismic Indonesia melakukan "mini expose" untuk IPO pada tahun ini," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurutnya, minat perusahaan melakukan IPO masih cukup baik untuk menambah modal dalam rangka melakukan ekspansi ke depannya. Diharapkan proses IPO kedua perusahaan itu lancar.
Sebelumnya, Hoesen mengatakan bahwa dalam "pipeline" IPO BEI terdapat sebanyak delapan perusahaan yang telah mengajukan untuk melaksanakan IPO pada semester I tahun ini.
Ia menyebutkan, Merdeka Copper Gold Tbk, PP Properti Tbk, Puradelta Lestari Tbk, Indonesia Media Televisi Tbk, Binakarya Jaya Abadi Tbk, Mega Manunggal Property Tbk, Garuda Metalindo Tbk, dan Vallianz Offshore Maritim Tbk.
Tren konsolidasi IHSG tidak cukup mengkhawatirkan untuk mengurungkan niat calon emiten. Pasalnya, fluktuasi IHSG tidak tidak dalam tren penurunan
 Kondisi suku bunga yang tinggi di level 7,5 persen, kata Alfred, harusnya bisa mengalihkan pendanaan calon emiten dari pinjaman ke pasar modal. Tahun ini, belum ada tanda-tanda penurunan suku bunga terlebih tahun ini suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) direncanakan naik.
 “Potensi ekonomi di kuartal III dan kuartal IV akan lebih bagus. Kondisi pemerintah masih cukup stabil, seharusnya ini fase ekspansi dan animonya akan cukup besar,” tambahnya.
Lepas 30 Persen
Sementara itu, Presiden Direktur Panca global Securities Hendra H Kustarjo selaku penjamin emisi IPO PT Gelombang Seismic Indonesia menyampaikan bahwa perseroan akan melepas sekitar 30 persen sahamnya ke publik. Sebagian hasil dana yang didapat dari IPO akan digunakan untuk modal kerja perseroan ke depannya.
"Perseroan menggunakan buku keuangan bulan Desember 2014 sebagai salah satu syarat IPO," katanya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Anabatic Technologies Handojo Sutjipto mengaku bahwa pihaknya akan menyampaikan surat pendahuluan ke regulator dalam rangka pelaksanaan IPO dan menunjuk BahanaSecurities selaku penjamin pelaksana emisi.
"Kita perusahaan IT di Indonesia yang beroperasi sudah sekitar 12 tahun. Terkait IPO belum bisa dipublikasikan lebih rinci," katanya.
PT Gelombang Seismic Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang survei seismik dan geofiskal. Sedangkan, PT Anabatic Technologies merupakan perusahaan yang bergerak di bidang informasi dan teknologi.

Simpan Cadangan Besar, Pertamina EP Bidik Migas Indramayu



Perut bumi Kabupaten Indramayu, diduga menyimpang cadangan energi (minyak dan gas) dalam jumlah besar. PT Pertamian EP pun tergerak untuk melakukan survei seismic di 208 desa yang tersebar di 22 kecamatan.
Demikian dikatakan Vice President Exploration Pertamina EP, Indra Prasetya, saat melakukan sosialisasi ‘survei seismik 3D’ di Ruang Ki Tinggil Setda Indramayu, Rabu (8/4). Acara ini dihadiri Wakil Bupati Indramayu Drs H Supendi MSi, jajaran Polres Indramayu, Kodim 0616 Indramayu, SKPD terkait, serta Camat se-Indramayu.
Dikatkan Indra, kebutuhan negara terhadap minyak dan gas (migas) saat ini, sangat besar. Fakta ini, kata dia, yang membuat Pertamina harus kembali mencari dan melakukan survei seismik 3D melaui anak perusahaannya, Pertamina EP.
Apalagi, kata dia, produksi migas Pertamina saat ini baru sekitar 800 ribu barrel per hari. Sementara kebutuhan masyarakatnya sekitar 1,4 juta barrel per hari sehingga Indonesia harus mengimpor migas.
Karena kebutuhan konsumsi yang begitu besar, ujar Indra, maka Pertamina tetap harus melakukan penyediaan produksi Migas. Dia menyebutkan, daerah yang akan melakukan survei seismik 3D Pertamina EP adalah Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka.
“Kegiatan ini merupakan bagian upaya pencarian cadangan migas baru untuk menggantikan cadangan migas yang diproduksi, serta bagian dari aktivitas peningkatan produksi migas nasional,” katanya.
Field Supervisor Pertamina EP, Mohammad Zaki, mengatakan, Indramayu merupakan daerah yang melakukan aktivitas migas paling lengkap dari hulu sampai ke hilir. Karenanya, Indramayu akan disurvei lagi dengan metoda seismik 3D.
“Indramayu menjadi daerah yang paling banyak dilakukan survei. Berdasarkan data kami, jumlah yang akan disurvai seluas 1.121 kilometer. Ini adalah yang paling luas dibandingkan dengan Cirebon dan Majalengka,” katanya.
Zaki merinci ke 22 kecamatan yang akan dilakukan survei seismik 3D Pertamina EP adalah Pasekan, Cantigi, Arahan, Sindang, Indramayu, Lohbener, Balongan, Juntinyuat, Karangampel, Kedokanbunder, Sliyeg, Jatibarang, Kertasmaya, Sukagumiwang, Widasari, Bangodua, Tukdana,  Lelea, Cikedung, Losarang, Kandanghaur, dan Terisi.
“Proses kegiatan survei seismik 3D Pertamina EP akan berlangsung selama 22 bulan. Ini dimulai dari proses perizinan, survai awal lapangan, kegiatan survei seismik dan proses kompensasi dampak seismik. Dalam survai ini, kami meminta dukungan dari pemerintah dan masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, pada awal 2014 lalu, PT Pertamina EP menemukan sumur eksplorasi minyak baru di Karang Enggal (KRE-01) yang terletak di Desa Sukra Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Di tempat itu, pengeboran sumur telah dilakukan dan mencapai kedalaman akhir 3.231 meter.
Wakil Bupati Indramayu H Supendi menyambut baik adanya survai seismik yang dilakukan  oleh Pertamina EP tersebut. Namun, wabup mewanti-wanti pihak Pertamina EP agar berhati-hati dalam kegiatan eksplorasinya itu.
Secara prinsip, kata Supendi, pemerintah daerah merespons keinginan Pertamina dengan memberikan izin prinsip. “Tetapi kami juga meminta pada Pertamina agar memperhatikan secara serius dampak dari seismik itu sendiri. Terutama, dampak terhadap masyarakat yang kebetulan tempatnya disurvei, juga dampak lingkungan,” ujarnya.

Senin, April 13, 2015

Akuisisi Data Seismik 3D


Why the 3D survey?
Jenis pengambilan data seismik dapat dipisahkan dalam dua kategori : akuisisi data seismik 2D dan 3D. Teknologi seismik 2D diperkirakan mulai berkembang pada tahun 1920-an dimana kerjasama antara perusahaan Seismos dan Gulf berhasil menemukan Kubah Orchard di pantai Texas pada tahun 1924. Ladang ini menghasilkan minyak secara komersial, sehingga dicatat sebagai keberhasilan teknologi seismik untuk eksplorasi minyak bumi. Penelitian tentang teknologi seismik berjalan terus dan menghasilkan teknologi seismik refleksi sebagai teknologi komersial. Pada tahun 1970-an perusahaan minyak menjadi pasar terbesar yang memanfaatkan superkomputer sehingga mampu mengolah data seismik secara lebih banyak dan lebih cepat. Hal ini ternyata diikuti dengan perkembangan teknologi seismik yang mengarah pada teknologi seismik 3D sehingga diperkirakan pada tahun 1980-an lahirlah teknologi terbaru dalam dunia akuisisi seismik yaitu akuisisi data seismik 3D. Teknologi seismik 3D ini diyakini sebagai terobosan teknologi di generasi masa kini. Teknologi ini menjadikan evolusi yang tadinya hanya teknologi eksplorasi saja menjadi teknologi ekplorasi dan pengembangan (development) dari ladang migas.
Para geoscientist umumnya menyenangi kumpulan data seismik 3D. Mengapa data seismik 3D lebih disenangi? Alasannya adalah kondisi aktual dari subsurface berupa tiga dimensi (subsurface are three dimension), merupakan cara pencitraan yang lebih baik untuk merekam roman bawah permukaan (better imaging way to record subsurface feature), memperoleh informasi lebih dari segala sudut pandang untuk memciptakan suatu gambaran bawah permukaan (more information from all directions to build subsurface image), solusi untuk masalah rekonstruksi seismik 2D sejak penggunaan asumsi reflektor datar di bawah permukaan bumi (solution to 2D seismic reconstruction problem since an assumption of flat reflector beneath the earth), dan lain sebagainya.
Model dari dua antiklin dan satu sesar dengan data seismik sepanjang Line 6 yang menunjukkan perbandingan migrasi 2D dan migrasi 3D (French, 1974).
Telah banyak tulisan yang menjelaskan tentang teknologi seismik 3D. Pada kesempatan ini author ingin menguraikan tujuan dan istilah-istilah yang sering digunakan dalam akuisisi 3D.
Sebelumnya banyak geoscientist yang berharap untuk mempunyai data seismik 3D. Para geoscientist tersebut bertanya mengapa kita tidak melakukan shoot 3D? Alasan utama untuk menjawab pertanyaan ini pada masa lampau adalah masalah perkembangan teknologi dan keterbatasan peralatan untuk field operations, processing dan interpretation. Tetapi “hari ini” jawaban tersebut tidak berlaku atau tidak tepat digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Saat ini perkembangan teknologi perekaman, pengolahan dan penginterpretasian sangat berkembang pesat. Alasan yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah berkaitan dengan tujuan dari pengambilan data seismik 3D. Apakah akan digunakan untuk proses ekplorasi (exploration) atau proses eksploitasi (exploitation). Apabila teknologi seismik 3D digunakan untuk proses ekplorasi maka akan berhubungan dengan masalah stuktur (structure), pendefinisian sesar (fault definition), stratigrafi (stratigraphy), pembebasan lahan (land sales), penawaran konsesi penambangan (concession offerings), waktu berakhirnya penambangan (expiring lands), konversi seismik dari kawasan waktu ke kedalaman (time to depth conversion), dan pembiayaan bank yang berhubungan dengan besarnya pinjaman modal, suku bunga bank, dan jatuh tempo pinjaman (Bank financing). sedangkan teknologi seismik 3D yang dipakai untuk proses eksploitasi akan berhadapan dengan masalah karakterisasi reservoir (reservoir characterization), pemantauan tumbuh-kembangnya reservoir (reservoir monitoring), pengeboran horisontal (horizontal drilling) dan inversi (inversion). Aspek-aspek tersebut yang digunakan untuk bahan pertimbangan, penilaian dan pengambilan keputusan dalam melakukan suatu kegiatan pengambilan data seismik 3D. Hal ini mengingat begitu mahalnya biaya survei 3D maka diperlukan suatu pengambilan keputusan yang tepat dan akurat.
Selama proses pengambilan data seismik 3D tentunya tidak terlepas dari istilah-istilah seismik 3D. Oleh karena itu, mengerti dan memahami istilah-istilah yang dipakai dalam dunia seismik 3D merupakan suatu sikap yang arif dan cerdas. Beberapa istilah baru yang dipakai dalam metode survei 3D antara lain :
Source Line, Receiver Line, In-Line Direction, X-Line Direction, Box, Patch, Template, Swath, Midpoint, CMP Bin, Super Bin, Fold, Signal to Noise Ratio, Source Point Density, Xmin, Xmax, Migration Aperture, dan Fold Taper.

geoPENTOSEIS


geoPENTOSEIS buatan Pindad
geoPENTOSEIS adalah booster yang memiliki energi yang tingi, kecepatan tinggi dan didesain secara khusus untuk aplikasi eksplorasi Seismik.
Booster geoPENTOSEIS menggunakan tabung plastik berisi campuran bahan peledak tipe pentolite dengan berat 500 gram serta 2 lubang pada booster geoPENTOSEIS sebagai tempat dipasangnya Detonator Listrik Seismik.
geoPENTOSEIS didesain dengan pembungkus plastik untuk meningkatkan produktivitas. Produk ini mempunyai energi yang tetap meskipun tekanan hidrostatik atau pada kedalaman lubang dengan kondisi seismik yang ekstrim. 

Keamanan

Booster geoPENTOSEIS dapat terinisiasi oleh kejutan, friksi  atau impact mekanis yang ekstrim.
Seperti halnya dengan semua bahan peledak, booster geoPENTOSEIS harus ditangani dan disimpan dengan hati-hati.
Booster geoPENTOSEIS dapat digunakan sampai dengan suhu  70 derajat Celcius.
Booster geoPENTOSEIS dikemas sesuai Class 1.1D dan memiliki UN No. 0042

Aplikasi

Utamanya dapat digunakan pada pengeboran lubang yang dalam untuk pekerjaan eksplorasi seismik. geoPENTOSEIS booster dapat diinisiasi dengan Detonator Listrik Seismik.
geoPENTOSEIS Booster dapat berfungsi secara sempurna di segala kondisi pada kedalaman air dalam lingkungan eksplorasi seismik.

Kemasan

Booster geoPENTOSEIS dikemas di dalam kardus. Ukuran kardus 0,364 x 0,327 x 0,264 m.
Berat kotor per kardus 26 Kg dan berisi 40 booster tanpa detonator. Tutup atas dan bawah dimasukkan dalam kardus terpisah.


Spesifikasi

Detail Description
Nominal diameter 58 & 63 mm
Nominal length 176 mm
Shell colour Fluoro yellow
Nominal explosive mass 500 g
Nominal density 1.6 g/cm3
Typical Velocity of Detonation 7.2 km/s
Self Life 5 years

SUPERdet adalah detonatotr listrik dimana tabungnya terbuat dari material yang berkualitas tinggi yang diproduksi dengan teknologi yang presisi serta pengawasan ketat.
SUPERdet mempunyai tenaga yang sangat baik untuk peledakkan. SUPERdet menggunakan bahan peledak utama dan bahan peledak dasar hasil pengembangan teknologi sendiri.

Peringatan :

Jauhkan dari api, panas yang kuat, benturan, listrik statis dan gelombang radio nirkabel.

Kemasan

  • Kemasan dalam   : Kotak karton 100 pcs
  • Kemasan luar       :  Kotak kayu, 10 kotak karton (1000 pcs)
  • Berat bersih (kg)  : 21
  • Berat kotor (kg)   : 25



Detail Description
Physical/Mechanical Properties
Type No.8 MS Delay Electric Detonator
Tube Material Cooper
Diameter tube (mm) 6.7
Leg wire material Cooper
Resistance 0.063
Ignition current (A) 1 min.
Safety current (A) 0.25
during in 30 second
Delay number 0 – 20
Delay internal (ms) 25
Self life (years) 2 in close conditioning












DAYAGEL



DAYAGEL buatan Dahana
Eksplorasi seismik, merupakan kegiatan pengumpulan data seismik beresolusi tinggi untuk tujuan interpretasi pemetaan struktur geologi dan pengidentifikasian sifat-sifat stratigrafik yang akurat.

Dayagel Seismic merupakan generasi terbaru dari bahan peledak seismic. Dengan struktur emulsi water in oil termutakhir, produk ini dikembangkan untuk menjadi bahan peledak seismic yang mempunyai VOD yang tinggi dan umur layak pakai yang lebih panjang.
DAYAGEL SEISMIC memiliki seluruh performansi yang ada pada generasi bahan peledak seismic sebelumnya, dikenal sebagai POWERGEL SEISMIC 3000.
Fleksibilitas Kemasan
DAYAGEL SEISMIC tersedia dalam kemasan 500 gram dan 250 gram. Cartridge dibuat dari plastik HDPE yang rigid dengan screw coupling yang kuat memberikan fleksibilitas pengaturan charge per hole yang tinggi.
Sleeping Time Yang Panjang
Pada kondisi lubang tembak yang berair, sleeping time DAYAGEL SEISMIC dapat mencapai lebih dari 8 minggu. Pada lubang tembak yang kering, DAYAGEL SEISMIC masih dapat diinisiasi dengan baik beberapa bulan setelah bahan peledak tersebut dimasukkan ke dalam lubang tembak.
Ketahanan Terhadap Air Yang Prima
DAYAGEL SEISMIC memiliki ketahanan terhadap air yang prima meskipun direndam di dalam lingkungan air yang bergerak.
Pada kondisi lubang tembak yang berair, DAYAGEL SEISMIC masih mampu memberikan energi yang andal meskipun ditempatkan di bawah tekanan hydrostatik hingga 90 meter air.
Teknologi Yang Aman
DAYAGEL SEISMIC merupakan bahan peledak emulsion dengan struktur emulsi “water in oil” dan diformulasikan dari bahan-bahan baku yang bersifat non explosives, DAYAGEL SEISMIC memiliki sensitifitas terhadap impak mekanik yang sangat rendah, namun demikian produk ini tetap peka terhadap Detonator Elektrik nomor 8.
Kemampuan Self Extinguishing
Jika dikenai api, DAYAGEL SEISMIC bersifat tidak mudah terbakar dan akan padam dengan sendirinya jika api dijauhkan dari bahan peledak.
Density Produk Yang Tinggi
DAYAGEL SEISMIC memiliki density yang lebih tinggi daripada air, loading produk inii ke dalam lubang tembak yang berisi air dapat dilaksanakan dgn lebih cepat dan efisien.di lmerisi air.
Tingkat Kepraktisan Yang Tinggi
Stabilitas struktur emulsi dari DAYAGEL SEISMIC yang sangat baik, menjadikan produk ini sangat cocok digunakan untuk operasi-operasi seismik di daerah remote, karena dapat mengurangi resiko-resiko akibat transportasi di daerah yang sulit.
Penyimpanan
Simpan bahan peledak mengikuti instruksi yang tertulis pada setiap peti.
Simpan DAYAGEL SEISMIC dalam gudang bahan peledak dengan peruntukan class 1.1D dan berventilasi baik.
Pada daerah beriklim tropis yang panas, umur layak pakai DAYAGEL SEISMIC dapat mencapai 12 bulan.

Minggu, April 12, 2015

Tahapan dalam survey topografi:




1. Orientasi Line
Setelah pihak client menentukan lintasan yang dikehendaki, Department Topografi akan mengeluarkan koordinat teoritik (X,Y), kemudian dilanjutkan dengan pengecekan batas-batas wilayah survey, posisi-posisi lintasan dan akses jalan menuju lintasan tersebut.


2. Jejaring GPS
Setelah diketahui posisi lintasan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan jejaring BM (Bench Mark) GPS (Global Positioning System). Pembuatan jejaring BM GPS ini dimaksudkan untuk memperoleh tingkat keakuratan posisi yang baik.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO9czY39OTE3uhLYjZZG32n7VWbFskPvB9q3Yt1SuZDQk0SsMVzPzZI8TFW4CB5yTzhU9qWAmIAkRw-si9B2VleEAzQMz0w5oacL8gZNyFLFabWYeG8vSPdR7A0U_4AjLOiCF0JbmBgDu0/s1600/jar.jpg
Jaring GPS
           
3. Pengamatan GPS
Pengamatan GPS ini dilakukan setelah BM GPS dipasang sesuai dengan jejaring GPS yang telah dibuat.Pengamatan GPS ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketelitian posisi yang akurat untuk setiap titik BM GPS

4. Pengolahan data GPS

Setelah proses pengamatan dan pengolahan data GPS, departemen topo akan memperoleh nilai koordinat posisi tiap-tiap BM GPS.


5. Membuka Lintasan
Pembukaan lintasan seismik dimulai dari titik BM GPS atau titik polygon terdekat yang telah memiliki koordinat yang telah pasti (fix).
Pengukuran lintasan menggunakan Receiver point maupun shoot point ditandai dengan menggunakan patok, adapun ketentuan warna dan penomeran disesuaikan dengan kesepakatan. Umumnya ada perbedaan antara patok receiver point dengan shoot point.Pada survey 2D shoot point genap juga diberi tanda patok dengan tujuan memudahkan unit drilling apabila harus melakukan kompensasi bila pada saat kondisi normal tak terpenuhi.
Sedangkan pada survey 3D dikenal SL (Shoot Line) dan RL (Receiver Line), shoot point berada pada lintasannya sendiri sehingga tidak ada pengecualian untuk dipasang tanda patok baik shoot point ganjil maupun genap. 
Dari hasil survey topografi, selain diperoleh koordinat (X,Y,Z) posisi receiver point dan shoot point, diperoleh pula data pendukung lainnya yaitu peta dan sketch line.